Translate

Kamis, 05 Februari 2015

Syarat Tumbuh Tanaman Kentang



2.1.Syarat Tumbuh Tanaman Kentang.
2.1.1.      Keadaan Iklim.
Keadaan iklim sangat berpengaruh terhadap budidaya tanaman kentang, suhu yang tinggi dan kelembaban udara rendah dapat menghambat pertumbuhan, pembentukan umbi dan bunga kentang, panjang hari yang relatif rebih rendah didataran tropik apabila dikombinasikan dengan suhu yang dingin dapat memberikan pembentukan dan perkembangan umbi kentang yang baik.
Di Indonesia tanaman kentang diusahakan di dataran yang memiliki ketinggian 500 sampai 3.000 m di atas permukaan laut, dan ketinggian optimum 1.000 sampai 2.000 m di atas permukaan laut  (Sunarjono, 1979).
Menurut Bambang Soelarso (1998), curah hujan untuk pertumbuhan tanaman kentang adalah 200 sampai 300 mm setiap bulan atau rata-rata 1.000 mm selama masa pertumbuhan, pertumbuhan kentang pada awal sampai pertengahan, saat daun sedang aktif tumbuh memerlukan air yang cukup banyak, sedangkan pada periode pertengahan sampai akhir membutuhkan keadaan yang sedikit kering, kelembaban udara yang paling baik adalah 40 sampai 60 % kelembaban udara yang tinggi 80 sampai 90 %  adalah sangat baik untuk pertumbuhan kentang.
Intensitas cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan  dan produksi kentang, dalam proses pembentukan umbi beberapa kultivar kentang memerlukan panjang hari penyinaran (fotoperiodisitas) yang pendek berkisar       7 sampai 9 jam, sedangkan untuk pembentukan bunga memerlukan hari panjang antara 16 sampai 18 jam akan tetapi dalam proses pembentukan umbi ada beberapa kultivar kentang lainnya memerlukan hari yang panjang.  Hari panjang meningkatkan periode fotoperiodisitas yang menyebabkan meningkatnya ukuran tanaman dan produksi umbi besar  (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
2.1.2.      Keadaan Tanah
Menurut Setiadi dan Surya Fitri Nurulhuda (2003), tanaman kentang dapat tumbuh pada pH 5,0 – 5,5.  Menurut Bambang Soelarso (1998) tanaman kentang lebih menyukai hidup ditanah-tanah vulkanis (Andosol) yang gembur banyak mengandung humus atau tanah yang subur.  Jika ditanam pada tanah lempung berpasir dan subur menjadikan rasa umbi kentang lebih enak dan kandungan karbohidratnya lebih tinggi.
Kentang yang ditanam ditanah-tanah alkalis atau basa, sering mengalami gejala-gejala kekurangan kalium, pada tanah yang gembur kualitas umbi kentang lebih baik, kulit umbi mengkilat dan bentuk umbi baik.  Pada tanah liat atau berat, umbi kentang cenderung berlemak dan aromanya berkurang.  Tekstur dan kepadatan tanah berpengaruh sangat besar terhadap bentuk, hasil dan kualitas umbi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).


2.2.Kultivar Kentang
Ada beberapa kultivar kentang unggul yang dibudidayakan di Indonesia seperti ; kultivar Thung, Cosima, Desiree, Patronas, Radosa, Akira, Ultra, YP89-070, Cattela, Donata dan Rapan, kultivar-kultivar unggul ini mulai masuk pada tahun (1969), kemudian kultivar baru yang masuk ke Indonesia seperti French Fries, Diamont, Alpha, Draga, Narit, Sponta, Redpantiac, Aquila, Kenebec dan Crebella  (Setiadi, 2003).
Menurut Sutrisno, (2003), tanaman kentang digolongkan ke dalam tiga golongan, berdasarkan warna umbinya yaitu :  1.  Kentang kuning ; umbi kentang ini berkulit dan berdaging kuning, contoh kentang ini di antaranya Eigenheimer, Petrones, Rapa, dan Thung,  2.  Kentang putih ; kulit dan daging umbi kentang ini berwarna putih  contoh kentang ini antara lain Donata dan Radosa,  3.  Kentang merah ; kulit dan umbinya berwarna kemerah-merahan, kentang ini adalah Desire.  Berdasarkan umur panennya, ada yang disebut kentang genjah (Umur panennya kurang dari 3 bulan) ; kentang sedang (umur panennya sekitar 3 sampai 4 bulan). Dan kentang berumur panjang (umur panennya sekitar 4 bulan lebih).  Kentang dapat pula dikelompokan berdasarkan bentuk umbinya yaitu ada yang berumbi bulat dan lonjong serta bentuk letak matanya ada yang dangkal dan dalam.
Jenis kentang yang paling digemari di masyarakat dan sering dibudidayakan oleh petani serta sangat laku di pasaran untuk dijadikan bahan konsumsi atau bahan industri adalah jenis kentang kuning seperti atlantik, granola dan kultivar kentang yang termasuk dalam jenis kentang kuning.


2.3.Daya Tumbuh Tanaman Kentang
Menurut Sadjad (1993), bibit bermutu merupakan sarana produksi untuk mencapai hasil semaksimal mungkin, mutu benih dalam teknologi benih harus mencakup tiga hal yang tidak terpisahkan yaitu ; mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis, mutu genetik tingkat kemurnian kultivar, mutu fisik dicirikan oleh kebersihan dan perwujudan yang seragam, bentuk, warna, ukuran berat atau volume bibit, sedangkan mutu fisiologis selain ditentukan oleh tingkat kemunduran dan daya simpan bibit juga oleh viabilitasnya.
Daya tumbuh adalah kemampuan bibit tumbuh menjadi tanaman normal dan berproduksi normal dalam keadaan yang optimum (sesuai untuk pertumbuhan kentang).  Sedangkan vigor adalah kemampuan benih atau bibit tumbuh menjadi tanaman normal yang berproduksi normal dalam keadaan sub optimal dan di atas normal dalam keadaan yang optimal atau mampu disimpan lama dalam kondisi optimum  (Sadjad, 1993).
Menurut Rukmana (1997), umbi siap tanam adalah umbi yang telah bertunas kurang lebih 2 cm dan telah disimpan selama 4 sampai 6 bulan, bibit yang belum bertunas atau masih dalam masa dormansi tidak baik ditanam kerana selain pertumbuhannya lambat, mudah membusuk di dalam tanah juga hasil umbi akan rendah.
Menurut Sihombing dan Sinaga (1983), bibit dari umbi dengan tunas yang gemuk, kuat dan pendek dengan tekstur yang keras yang dihasilkan dari penyimpanan di ruang terang lebih tahan “cekaman” bila dibandingkan dengan umbi yang memiliki tunas kurus, lemah dan panjang serta teksturnya agak lunak yang dihasilkan dari penyimpanan diruang gelap, daya adaptasi yang dimiliki setelah tanaman dipindahkan ke lapangapun lebih tinggi.  Pertumbuhan tanaman yang lebih cepat menyebabkan pembentukan dan perkembangan stolon lebih cepat, akibatnya pembentukan umbi lebih banyak dan berat.
Tunas kentang terbagi tiga zona yaitu : bagian dasar yang merupakan bagian yang akan berada di dalam tanah menunjang pertumbuhan akar-akar adventif yang rudimenter.  Bagian batang, serta titik tumbuh yang dikelilingi oleh daun muda. Faktor-faktor utama yang berpengaruh terhadap tingkat dan pertumbuhan tunas antara lain kultivar dan penyimpanan sebelumnya yang berhubungan dengan umur fisiologi, ukuran umbi, temperatur udara dan tingkat penyinaran tinggi, tunas-tunas tergantung pada umbi dalam hal material (bahan) untuk pertumbuhan. 
Pengaruh ini tidak terlalu tampak pada ukuran umbi yang berukuran sedang atau besar tetapi dengan penurunan ukuran umbi, dicapai suatu titik dimana pertumbuhan tanaman dapat terganggu.  Pengaruh ini juga semakin diperburuk dengan terdapatnya beberapa tunas umbi, karena adanya elemen kompetisi di antara tunas-tunas tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan yang terbatas  (Burton, 1989). 
Umbi kentang yang disimpan pada suhu 50C didapatkan korelasi yang nyata antara panjang periode endodormansi setelah panen dengan bobot dan panjang maksimal tunas yang dihasilkan (Burton, 2000 dikutip Dedi Rustandi, 2005).)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar