2.1.Syarat Tumbuh Tanaman
Kentang.
2.1.1.
Keadaan Iklim.
Keadaan iklim sangat berpengaruh terhadap budidaya
tanaman kentang, suhu yang tinggi dan kelembaban udara rendah dapat menghambat
pertumbuhan, pembentukan umbi dan bunga kentang, panjang hari yang relatif
rebih rendah didataran tropik apabila dikombinasikan dengan suhu yang dingin
dapat memberikan pembentukan dan perkembangan umbi kentang yang baik.
Di Indonesia tanaman kentang diusahakan di dataran yang
memiliki ketinggian 500 sampai 3.000 m di atas permukaan laut, dan ketinggian
optimum 1.000 sampai 2.000 m di atas permukaan laut (Sunarjono, 1979).
Menurut Bambang Soelarso (1998), curah hujan untuk
pertumbuhan tanaman kentang adalah 200 sampai 300 mm setiap bulan atau
rata-rata 1.000 mm selama masa pertumbuhan, pertumbuhan kentang pada awal
sampai pertengahan, saat daun sedang aktif tumbuh memerlukan air yang cukup
banyak, sedangkan pada periode pertengahan sampai akhir membutuhkan keadaan
yang sedikit kering, kelembaban udara yang paling baik adalah 40 sampai 60 % kelembaban
udara yang tinggi 80 sampai 90 % adalah
sangat baik untuk pertumbuhan kentang.
Intensitas cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi kentang, dalam
proses pembentukan umbi beberapa kultivar kentang memerlukan panjang hari
penyinaran (fotoperiodisitas) yang pendek berkisar 7 sampai 9 jam, sedangkan untuk
pembentukan bunga memerlukan hari panjang antara 16 sampai 18 jam akan tetapi
dalam proses pembentukan umbi ada beberapa kultivar kentang lainnya memerlukan
hari yang panjang. Hari panjang meningkatkan
periode fotoperiodisitas yang menyebabkan meningkatnya ukuran tanaman dan produksi
umbi besar (Rubatzky dan Yamaguchi,
1998).
2.1.2.
Keadaan Tanah
Menurut Setiadi dan Surya Fitri Nurulhuda (2003),
tanaman kentang dapat tumbuh pada pH 5,0 – 5,5.
Menurut Bambang Soelarso (1998) tanaman kentang lebih menyukai hidup
ditanah-tanah vulkanis (Andosol) yang gembur banyak mengandung humus atau tanah
yang subur. Jika ditanam pada tanah
lempung berpasir dan subur menjadikan rasa umbi kentang lebih enak dan
kandungan karbohidratnya lebih tinggi.
Kentang yang ditanam ditanah-tanah alkalis atau basa,
sering mengalami gejala-gejala kekurangan kalium, pada tanah yang gembur
kualitas umbi kentang lebih baik, kulit umbi mengkilat dan bentuk umbi
baik. Pada tanah liat atau berat, umbi
kentang cenderung berlemak dan aromanya berkurang. Tekstur dan kepadatan tanah berpengaruh
sangat besar terhadap bentuk, hasil dan kualitas umbi (Rubatzky dan Yamaguchi,
1998).
2.2.Kultivar Kentang
Ada beberapa kultivar kentang unggul yang dibudidayakan
di Indonesia seperti ; kultivar Thung, Cosima, Desiree, Patronas, Radosa, Akira,
Ultra, YP89-070, Cattela, Donata dan Rapan, kultivar-kultivar unggul ini mulai
masuk pada tahun (1969), kemudian kultivar baru yang masuk ke Indonesia seperti
French Fries, Diamont, Alpha, Draga, Narit, Sponta, Redpantiac, Aquila, Kenebec
dan Crebella (Setiadi, 2003).
Menurut Sutrisno, (2003), tanaman kentang digolongkan ke
dalam tiga golongan, berdasarkan warna umbinya yaitu : 1. Kentang
kuning ; umbi kentang ini berkulit dan berdaging kuning, contoh kentang ini di antaranya
Eigenheimer, Petrones, Rapa, dan Thung,
2. Kentang putih ; kulit dan
daging umbi kentang ini berwarna putih
contoh kentang ini antara lain Donata dan Radosa, 3.
Kentang merah ; kulit dan umbinya berwarna kemerah-merahan, kentang ini
adalah Desire. Berdasarkan umur panennya,
ada yang disebut kentang genjah (Umur panennya kurang dari 3 bulan) ; kentang
sedang (umur panennya sekitar 3 sampai 4 bulan). Dan kentang berumur panjang
(umur panennya sekitar 4 bulan lebih).
Kentang dapat pula dikelompokan berdasarkan bentuk umbinya yaitu ada
yang berumbi bulat dan lonjong serta bentuk letak matanya ada yang dangkal dan
dalam.
Jenis kentang yang paling digemari di masyarakat dan sering
dibudidayakan oleh petani serta sangat laku di pasaran untuk dijadikan bahan konsumsi
atau bahan industri adalah jenis kentang kuning seperti atlantik, granola dan
kultivar kentang yang termasuk dalam jenis kentang kuning.
2.3.Daya Tumbuh Tanaman
Kentang
Menurut Sadjad (1993), bibit bermutu
merupakan sarana produksi untuk mencapai hasil semaksimal mungkin, mutu benih
dalam teknologi benih harus mencakup tiga hal yang tidak terpisahkan yaitu ;
mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis, mutu genetik tingkat kemurnian
kultivar, mutu fisik dicirikan oleh kebersihan dan perwujudan yang seragam,
bentuk, warna, ukuran berat atau volume bibit, sedangkan mutu fisiologis selain
ditentukan oleh tingkat kemunduran dan daya simpan bibit juga oleh viabilitasnya.
Daya tumbuh adalah kemampuan bibit
tumbuh menjadi tanaman normal dan berproduksi normal dalam keadaan yang optimum
(sesuai untuk pertumbuhan kentang).
Sedangkan vigor adalah kemampuan benih atau bibit tumbuh menjadi tanaman
normal yang berproduksi normal dalam keadaan sub optimal dan di atas normal
dalam keadaan yang optimal atau mampu disimpan lama dalam kondisi optimum (Sadjad, 1993).
Menurut Rukmana (1997), umbi siap
tanam adalah umbi yang telah bertunas kurang lebih 2 cm dan telah disimpan selama
4 sampai 6 bulan, bibit yang belum bertunas atau masih dalam masa dormansi
tidak baik ditanam kerana selain pertumbuhannya lambat, mudah membusuk di dalam
tanah juga hasil umbi akan rendah.
Menurut Sihombing dan Sinaga (1983),
bibit dari umbi dengan tunas yang gemuk, kuat dan pendek dengan tekstur yang
keras yang dihasilkan dari penyimpanan di ruang terang lebih tahan “cekaman”
bila dibandingkan dengan umbi yang memiliki tunas kurus, lemah dan panjang
serta teksturnya agak lunak yang dihasilkan dari penyimpanan diruang gelap,
daya adaptasi yang dimiliki setelah tanaman dipindahkan ke lapangapun lebih
tinggi. Pertumbuhan tanaman yang lebih
cepat menyebabkan pembentukan dan perkembangan stolon lebih cepat, akibatnya
pembentukan umbi lebih banyak dan berat.
Tunas kentang terbagi tiga zona yaitu
: bagian dasar yang merupakan bagian yang akan berada di dalam tanah menunjang
pertumbuhan akar-akar adventif yang rudimenter.
Bagian batang, serta titik tumbuh yang dikelilingi oleh daun muda.
Faktor-faktor utama yang berpengaruh terhadap tingkat dan pertumbuhan tunas
antara lain kultivar dan penyimpanan sebelumnya yang berhubungan dengan umur
fisiologi, ukuran umbi, temperatur udara dan tingkat penyinaran tinggi,
tunas-tunas tergantung pada umbi dalam hal material (bahan) untuk
pertumbuhan.
Pengaruh ini tidak terlalu tampak
pada ukuran umbi yang berukuran sedang atau besar tetapi dengan penurunan
ukuran umbi, dicapai suatu titik dimana pertumbuhan tanaman dapat
terganggu. Pengaruh ini juga semakin
diperburuk dengan terdapatnya beberapa tunas umbi, karena adanya elemen
kompetisi di antara tunas-tunas tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan yang
terbatas (Burton, 1989).
Umbi kentang yang disimpan pada suhu
50C didapatkan korelasi yang nyata antara panjang periode endodormansi
setelah panen dengan bobot dan panjang maksimal tunas yang dihasilkan (Burton, 2000 dikutip Dedi Rustandi, 2005).)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar