Translate

Rabu, 04 Februari 2015

Hidoponik



Hidroponik
Hidroponik atau istilah asingnya hydroponics, berasal dari bahasa Yunani. Kata tersebut berasal dari gabungan dua kata yaitu hydro yang artinya air dan ponosyang artinya bekerja, budidaya hidroponik artinya bekerja dengan air yang lebih dikenal dengan sistem bercocok tanam tanpa tanah. Dalam hidroponik hanya dibutuhkan air yang ditambahkan nutrien sebagai sumber makanan bagi tanaman (Irawan, 2003).
Berdasarkan media tanam yang digunakan, maka hidroponik dapat dilakukan dengan tiga metode, yakni :
1.     Metode kultur air Dilakukan dengan menumbuhkan tanaman dengan air, namun cara ini masih tergolong mahal dalam budidaya hidroponik.
2.     Metode kultur pasir Merupakan metode yang paling praktis dan lebih mudah dilakukan terutama untuk lahan yang luas. Dalam metode ini pasir bertindak sebagai media tumbuh tanaman, suplai makanan berasal dari pupuk yang dilarutkan dalam air.
3.     Metode kultur bahan porrus Metode ini media yang digunakan seperti arang sekam, sekam padi, dan media lainnya.
Sistem pemberian larutan nutrisi pada budidaya hidroponik ada berbagai macam, beberapa sistem pemberian larutan nutrisi yang sering digunakan dalam sistem hidroponik antara lain :
1. Sistem rendam Pemberian larutan nutrien ditempatkan di dasar pot yang kedap air, sehingga larutan merendam akar tanaman.
2. Sistem tetes Pemberian larutan dilakukan dengan mengalirkan larutan ke dalam selang irigasi dengan bantuan pompa. Pada selang dipasang alat tetes yang dapat menyalurkan nutrisi pada setiap tanaman. Keunggulan sistem tetes yaitu volume larutan yang akan diberikan dapat diatur.
3. Sistem siram Tanaman disiram seperti pada budidaya konvensional. Untuk mengurangi penguapan berlebih tanaman dilakukan pengkerudungan dengan plastik. 4. Sistem semprot Sistem semprot baik dilakukan di tempat luas dalam suatu rumah kaca yang dilengkapi dengan pengaturan suhu dan kelembaban.
5. Sistem air mengalir Sistem air mengalir disebut juga NFT (Nutrient Film Technique) yaitu dengan cara mengaliri larutan dengan pipa-pipa dengan bantuan pompa, pipa-pipa tersebut langsung dijadikan sebagai media tumbuh tanaman.
Banyak alasan untuk melakukan budidaya tanaman secara hidroponik, diantaranya adalah keberhasilan tanaman begitu terjamin, dan dapat memelihara tanaman lebih banyak dalam ruang yang sempit daripada bercocok tanam tradisional, selain itu hampir semua tanaman dapat dihidroponikkan (Prihmantoro dan Yovita, 2005).

Menurut Lingga (2005) budidaya tanaman secara hidroponik memiliki keuntungan yaitu :
1.     dapat dilakukan pada ruang atau tempat yang terbatas dan higienis,
2.     apabila dilakukan di rumah kaca dapat diatur suhu dan kelembabannya,
3.     nutrien yang diberikan digunakan secara efisien oleh tanaman,
4.     produksi tanaman lebih tinggi dibandingkan menggunakan media tanam tanah biasa,
5.     kualitas tanaman yang dihasilkan lebih bagus dan tidak kotor,
6.     tanaman memberikan hasil yang kontinu.
Media tanaman adalah media tumbuh bagi tanaman yang dapat memasok sebagian unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Media tanaman (media tumbuh) merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman secara baik.  Sebagian besar unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasok melalui media tanaman.  Selanjutnya diserap oleh perakaran dan digunakan untuk proses fisiologis tanaman.
Media tanam yang ideal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.     Bersifat poros atau mudah membuang air yang berlebihan;
2.     Berstruktur gembur, subur dan dapat menyimpan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman;
3.     Tidak mengandung garam laut atau kadar salinitas rendah;
4.     Keasaman tanah netral hingga alkalis, yakni pada pH 6 – 7;
5.     Tidak mengandung organisme penyebab hama dan penyakit;
6.     Mengandung bahan kapur atau kaya unsur kalcium.
Media  untuk tanaman hidroponik bermacam-macam. yang dapat digunakan,  dapat dari arang sekam, pasir, zeolit, rockwoll, gambut (peat moss), dan serbuk sabut kelapa. Persyaratan terpenting untuk media hidroponik harus ringan dan porus.  Tiap media mempunyai bobot dan porositas yang berbeda.  Oleh karena itu, dalam memilih media sebaiknya dicari yang paling ringan dan yang mempunyai porositas baik.
Media tanam pada hidroponik tidak menyediakan unsur hara melainkan hanya berfungsi sebagai tempat tumbuh atau penopang tempat berdirinya tanaman yaitu tempat melekatnya akar, tetapi selain itu juga mampu menyerap, menyimpan
dan meneruskan larutan nutrisi tanaman. Media yang dapat digunakan dalam hidroponik banyak jenisnya antara lain :
1. Pasir
Pasir digunakan sebagai media tanam karena pasir mempunyai bobot yang cukup berat sehingga dapat menopang tegaknya tanaman dan mempunyai poripori makro yang banyak sehingga mudah menjadi basah tetapi juga cepat menjadi kering, namun mampu menciptakan sirkulasi udara yang baik bagi perakaran tanaman (Agoes, 1994).
2. Arang sekam
Media arang sekam mempunyai porositas yang baik, mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, ringan, dan merupakan sumber kalium. Arang sekam baik untuk media tumbuh tanaman sayuran maupun buah-buahan secara hidroponik. Arang
sekam dapat menahan air lebih lama dan membawa zat-zat organik yang dibutuhkan oleh tanaman (Anonim, 1993).
Media arang sekam mempunyai kelebihan dan kekurangan.  Kelebihannya antara lain harganya relatif murah, bahannya mudah didapat, ringan, sudah steril, dan mempunyai porositas yang baik.  Kekurangannya yaitu jarang tersedia di pasaran, yang umum tersedia  hanya bahannya (sekam/kulit gabah) saja, dan hanya dapat digunakan dua kali.
3. Sekam padi
Sekam padi digunakan sebagai media tanam karena sekam padi ringan mudah dipindah-pindahkan, daya simpan airnya cukup baik, tidak mampat, sehingga sirkulasi air dan udara berjalan baik (Lingga, 1999).
4. Pakis
Bahan media ini mampu menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Potongan pakis mengandung sellulosa, hemisellulosa, lignin, fraksi air yang larut (gula, asam amino, asam alifatik) Bahan media tanam tersebut melapuk secara
perlahan-lahan sehingga unsur hara dapat sedikit demi sedikit diserap dengan baik oleh tanaman (Lingga,1999).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar