BAB
III
PELAKSANAAN
3.1
Waktu dan Pelaksanaan Pelaksanaan Kegiatan PRAKERIN
3.1.1 Waktu
Pelaksanaan
Pelaksanaan Praktek Kerja
Industri ( PRAKERIN ) yaitu mulai dari tanggal 02 Mei 2013 sampai dengan
tanggal 03 Juli 2013
Dari mulai tanggal
tersebut, penyusun banyak mendapat pelajaran dan pengetahuan terutama dalam
dunia pertanian. Kegiatan yang kami lakukan selama Prakerin yaitu dengan
memulai kegiatan sebagai berikut :
1.
Kerja pengalaman
2.
Integrasi Partisipasi Masyarakat.
3.1.2
Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan Prakte Kerja Industri
( PRAKERIN ) di :
Kampung
Desa
Kecamatan
Kabupaten
|
:Cilimus
:Sirnajaya
:Cisurupan
:Garut
|
3.2 Tekhnis Budidaya Tanaman Cabai (capsicum annum)
3.2.1
Tinjauan Umum Tanaman Cabai (capsicum annum)
Tanaman cabai (Capsicum annum) merupakan salah satu
komoditas holtikultura prioritas yang bernilai ekonomis yang tinggi,sehingga
jenis sayuran beraroma pedas ini banyak diusahakan oleh petani baik didataran
tinggi maupun dataran rendah.Harga jual produk cabai diluar musim (off season)
umumnya memang cukup tinggi.Itulah sebabnya para petani berusaha keras untuk
menanam cabai diluar musim,apabila tanaman cabai yang ditanam diluar musim
berhasil dengan baik,maka petani akan meraih keuntungan yang banyak.
o
Berikut Klasifikasi Tanaman Cabai
(Taksonomi)
|
Gambar .1
|
3.2.2
Morfologi
Tanaman Cabai
1.
Akar
Tanaman cabai
memiliki perakaran yang cukup rumit dan hanya terdiri dari akar serabut saja.
Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan
beberapa mikroorganisme. Meskipun tidak memiliki akar tunggang, namun ada
beberapa akar tumbuh ke arah bawah yang berfungsi sebagai akar tunggang semu.
2.
Batang
Tanaman cabai
merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu. Biasanya, batang akan
tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak percabangan. Untuk
jenis-jenis cabai rawit, panjang batang biasanya tidak melebihi 100 cm. Namun
untuk jenis cabai besar, panjang batang (ketinggian) dapat mencapai 2 meter
bahkan lebih. Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda.
Pada batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan muncul
wama coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan
jaringan parenkim.
3.
Daun
Daun tanaman
cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang berbentuk oval,
lonjong, bahkan ada yang Ian- set. Warna permukaan daun bagian atas biasanya
hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun
pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau.
Permukaan daun cabai ada yang halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang
daun cabai antara 3 — 11 cm, dengan lebar antara 1 — 5 cm
4.
Bunga Cabai
Bunga tanaman
cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu berbentuk
bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas Ateridae
(berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan
tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat 2 —
3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacam-macam, ada yang
putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 — 20 mm. Bunga
tanaman cabai merupakan bunga sempuma, artinya dalam satu tanaman terdapat
bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam
waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan
penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih baik,
penyerbukan silang lebih diutamakan. Karena itu, tanaman cabai yang ditanam di
lahan dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman cabai
yang ditanam sendirian. Pernyerbukan tanaman cabai biasanya dibantu angin atau
lebah. Kecepatan angin yang dibutuhkan untuk penyerbukan antara 10 — 20 km/jam
(angin sepoi-sepoi). Angin yang ter lalu kencang justru akan merusak tanaman.
Sedangkan penyerbukan yang dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik mendekati
bunga tanaman cabai yang menarik penampilannya dan terdapat madu di dalamnya.
5.
Buah dan Biji Cabai
Buah cabai
merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan memiliki banyak
variasi. Buah cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu serrano, cubanelle,
cayenne, pimento, anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho,
banana, dan blocky bell. Hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai, di mana tipe
elongate bell dan blocky bell dianggap sama.
3.2.3
Syarat Tumbuh
1.
Iklim
Pada umumnya cabai
dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) + 2.000
meter dpl yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab.
Temperatur yang baik untuk tanaman cabai adalah 240 - 270C,
dan untuk pembentukan buah pada kisaran 160 - 230 C.
Setiap varietas cabai hibrida mempunyai daya penyesuaian tersendiri terhadap
lingkungan tumbuh.
Cabai hibrida Hot Beauty dan Hero dapat berproduksi dengan baik di
dataran rendah sampai dataran tinggi + 1200 m dpl.
Sedangkan cabai hibrida Long Chili
lebih cocok ditanam pada ketinggian antara 800 - 1500 m dpl.
Khusus untuk cabai Paprika umumnya hanya cocok ditanam di dataran tinggi.
Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman paprika
antara 210 - 250C, sedangkan untuk pembentuk-an buah
memerlukan temperatur 18,30. Cabai paprika tidak tahan terhadap
intensitas cahaya matahari yang tinggi karena dapat menyebabkan buah seperti
terbakar (sunburn) dan juga hasil akhir bobot buah akan sangat rendah. Pada
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, tanaman paprika akan mengalami
gugur tunas, gugur bunga dan buah muda, serta ukuran buah sangat kecil.
Meskipun cabai paprika umumnya cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi dapat
pula dikembangkan di dataran menengah mulai ketinggian 600 m dpl; yakni dengan
cara memanipulasi lingkungan. Alih teknologi budidaya paprika di dataran
menengah antara lain menggunakan sungkup beratapkan plastik bening
(transparan).
2.
Tanah
Hampir
semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula bagi
tanaman cabai. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi,
cabai menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak
mudah becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah.
Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5.5 - 6.8, karena pada pH di bawah
5.5 atau di atas 6.8 hanya akan menghasilkan produksi yang sedikit (rendah).
Pada tanah-tanah yang becek seringkali menyebabkan gugur daun dan juga tanaman
cabai mudah terserang penyakit layu. Khusus untuk tanah yang pH-nya di bawah
5.5 (asam) dapat diperbaiki keadaan kimianya dengan cara pengapuran, sehingga
pH-nya naik mendekati pH normal.
Beberapa angka pH tanah (reaksi tanah), terdiri atas :
Beberapa angka pH tanah (reaksi tanah), terdiri atas :
a.
Paling
masam (< 4.0)
b.
Sangat
asam (4.0 - 4.5)
c.
Asam
(4.5 - 5.5)
d.
Agak
asam (5.5 - 6.5)
e.
Netral
(6.5 - 7.5)
f.
Agak
basa (7.5 - 8.5)
g.
Basa
(8.5 - 9.0)
h.
Sangat
basa (9.0).
Pada pH
tanah asam, ketersediaan unsur-unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium,
Magnesium dan Molibdinum menurun dengan cepat. Pada pH tanah basa akan
menyebabkan unsur-unsur Nitrogen, Besi, Mangan, Borium, Tembaga dan Seng
ketersediaannya relatif menjadi sedikit. Cabai yang ditanam pada tanah asam
pada umumnya keracunan unsur Alumunium (Al), Besi (Fe) dan Mangan (Mn).
Sebaliknya pada pH basa, jumlah unsur bikarbonat cukup banyak untuk merintangi
penyerapan ion lain, sehingga dapat menghalangi pertumbuhan tanaman secara
optimum.
3.2.4 Ciri-ciri
dan Jenis tanaman cabai
Ciri–ciri tanaman
cabe adalah sebagai berikut:
a.
Bunga berbentuk terompet kecil,
b.
Buah yang masih muda berwarna hijau atau putih
kekuningan,
c.
Buah yang sudah tua berwarna merah atau kuning,
d.
Berbiji banyak.
Ada dua
jenis tanaman cabe yang dikonsumsi oleh masyarakat umum, yaitu cabe besar
(Capsicum annuum L.) dan cabe kecil (Capsicum annum . L) jenis cabe yang
termasuk cabe besar adalah cabe merah, paprika, dan cabe bulat/cabe udel/cabe
domba (jenis cabe ini umumnya hanya untuk tanaman hias).Adapun jenis cabe yang
termasuk cabe kecil adalah cabe rawit atau jemprit, cabe cengek, dan cabe hias.
3.2.5 Persiapan sebelum bertanam
Sebelum
memulai bertanam cabe, kamu harus menyiapkan peralatan dan bahan yang
diperlukan. Peralatan dan bahan yang harus dipersiapkan adalah cangkul, kored
(cangkul kecil), benih, dan pupuk kandang.Lahan yang akan digunakan untuk
menanam cabe harus tanah yang subur. Jika tidak menemukan tanah yang
subur, kamu dapat mengolah tanah yang kurang subur. Caranya adalah dengan
member pupuk kandang pada tanah yang akan ditanami.
Pupuk
kandang ini sebaiknya diletakkan dalam lubang kecil yang dibuat lurus. Jarak
antar lubang 50-60 cm dan jarak antar baris 60-70 cm. Hal ini bergantung pada
jenis cabe yang akan ditanam. Jenis cabe ini memerlukan jarak yang lebar karena
cabe jenis ini memiliki banyak cabang.Pemberian pupuk buatan dilakukan satu
bulan setelah cabe ditanam. Pupuk tersebut merupakan campuran urea, TSP, dan
KCL. Jumlah pupuk yang diberikan bergantung pada tingkat kesuburan tanah.
Semakin subur tanah, pupuk yang diperlukan semakin sedikit.
Pupuk buatan tersebut diberikan di sekeliling tanaman sejauh 5 cm dari batangnya. Lalu, setelah tanaman berumur 2 bulan, sebaiknya diberi pupuk urea lagi.
Pupuk buatan tersebut diberikan di sekeliling tanaman sejauh 5 cm dari batangnya. Lalu, setelah tanaman berumur 2 bulan, sebaiknya diberi pupuk urea lagi.
Pemeliharaan
tanaman cabe tidaklah sulit. Rajin-rajinlah membersihkan rumput pengganggu,
menyiramnya secara teratur, serta memberantas hama dan penyakit yang menyerang
tanaman cabemu.
Hama yang
sering menyerang tanaman cabe, antara lain lalat buah, kutu daun, dan tungu
merah. Lalat buah merusak dengan menusuk buah cabe hingga berguguran. Jika
bertanam cabe dalam jumlah yang besar di lahan yang luas, kamu dapat
memberantas hama cabe ini dengan penyemprotan kelthane 0,1-0,2%.Sementara itu,
penyakit yang sering menyerang tanaman cabe adalah penyakit busuk buah, gugur
daun, daun busuk daun. Penyakit busuk daun dan busuk buah dapat dicegah dngan
penyemprotan M-45 atau Antharacol 0,2 %.
Selain itu,
sebagain petani cilik, kamu juga harus tahu bahwa penyakit utama yang
sering menggagalkan tanaman cabe besar adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus daun keriting. Virus ini ditularkan oleh kutu daun. Virus itu menyerang
tanaman cabe sehingga daun cabe menjadi keriting atau menggulung, dan
mengecil.Sampai sekarang, penyakit ini belum bisa diberantas. Jika ditanam
twrserang penyakit ini, lebih baik dicabut dan dibuang agar tidak menular. Nah,
setelah tanaman cabemu berumur empat bulan, kamu bisa menikmati hasilnya.
3.2.6 Manfa’at Cabai
Cabai banyak digunakaan oleh
masarakat, baik dirumah maupun di pabrik. Dirumah, cabai digunakan sebagai
bumbu dapur. Cabai hijau dapat digunakan untuk sambal goring, tumis, dan
sayur. Cabai rawit dan cengek dimanfaatkan untuk bumbu pecel dan asinan. Cabai
merah digunakkan untuk masakan, seperti rending, gulai, dan beraneka
macam sambal. Cabai paprika dapat digunakan untuk masakan agar penampilannya
lebih menarik.Di pabrik, seperti pabrik obat, cabai jenis tertentu digunakan
untuk bahan koyo. Adapun di pabrik mie instan, cabai digunakan sebagai
bumbu mie instan.
Pemberian cabai pada jenis makanan ini
bertujuan untuk memberikan rasa lezat dan pedas.Meskipun cabai memiliki banyak
manfaat, orang-orang yang menderita beberapa penyakit harus menghindarinya.
Penderita wasir atau ambient, sakit mata, sakit tenggorokan, dan wanita yang
sedang menyusui sebaiknya tidak memakan cabai. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
3.3
Budidaya Tanaman Cabai
3.3.1 Persiapan lahan
Pada tahap persiapan lahan
dibersihkan dari sisa tanaman atau perakaran tanaman sebelumnya, untuk kemudian
diolah dan dikeringkan sampai beberapa hari (7 - 14 hari). Untuk selanjutnya
dibuat bedeng-bedeng sebagai media tanam. Panjang bedeng sekitar 12 m, dengan
lebar 110 cm - 120 cm, tinggi 40 cm -50 cm. Antara dua bedeng dibuat parit
untuk memasukan dan mengalirkan air.
Gambar 2
Tahap berikutnya adalah pemberian
pupuk kandang dan kapur pertanian yang dicampur dengan tanah bedengan secara
merata sambil dibalikkan, kemudian dibiarkan diangin-anginkan selama ± 2
minggu.
3.3.2 Pemasangan Mulsa (MPHP)
Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) merupakan salah satu teknologi baru
agribisnis cabai, sebagai bentuk terobosan baru dalam upaya peningkatan
produktivitas cabai. Penggunaan mulsa plastik dapat mengurangi tumbuhnya gulma,
warna perak di bagian permukaan dapat memantulkan sinar matahari
Gambar 3
sehingga dapat mengurangi beberapa
jenis hama, menjaga kelembaban tanah dan mengurangi pekerjaan penyiangan dan
pemupukan. Sebelum dilakukan pemasangan mulsa,
bedengan dipupuk dahulu dengan pupuk buatan secara merata , diaduk dan disiram
agar pupuk larut ke lapisan tanah. Setelah itu tanah dibiarkan dulu selama
kurang lebih 5 hari agar pupuk tidak meracuni tanaman. Pemasangan sebaiknya
dilakukan pada saat cuaca panas agar dapat menutup rapat bedengan.
3.3.3 Pembuatan Persemaian
Benih cabai disemaikan dengan
menggunakan koker yang terbuat dari daun pisang atau polybag kecil ukuran 8 x
10 cm. Koker diisi dengan media semai merupakan campuran dari 20 liter tanah
halus, 10 liter pupuk kandang matang halus ditambah dengan 85 gram NPK halus
serta 75 gram Furadan . Untuk
selanjutnya dimasukkan benih cabai yang telah
Gambar 4
direndam dahulu dalam air hangat selama 20 – 24 jam.
Bibit cabe merah dapat dipindahkan ke lapangan pada umur 17 – 23 hari atau setelah
tumbuh 4 helai daun. Dengan menggunakan jarak tanam 60 cm x 70 cm diperlukan
benih cabai sebanyak ± 180 gram atau 18 kantong benih kemasan 10 gram.
3.3.4 Menanam Benih Cabai
Menanam benih cabai ke lahan dilakukkan ketika
bibit sudah berumur 25 hari setelah semai (hss) atau ketika tanaman telah
memiliki daun sebanyak 4-5 helai.
o Ciri – ciri benih
yang siap tanam adalah sebagai berikut (umur 1 bulan) :
a.
tidak terserang hama dan penyakit
b.
pertumbuhan tanaman seragam
Cara menanam cabe yang baik, usahakan jangan terlalu
rapat jaraknya agar mengurangi serangan hama penyakit dan memudahkan perawatan
tanaman cabe nantinya. Hal ini juga bisa diaplikasikan dengan cara menanam satu
baris saja dalam satu gulut. Jarak tanam yang ideal 60 x 60 cm. Hal ini juga
dipengaruhi oleh musim, jika musim kemarau menanam cabe dengan jarak agak rapat
mungkin tidak akan terlalu bermasalah, tetapi jika pada musim penghujan akan
menyebabkan tanaman cabe mudah terserang penyakit jamur jika terlalu rapat.
o Cara Menanam
Cabai yaitu sebagai berikut:
• Siram bibit cabai
• Pilih bibit yang akan ditanam
• Lepaskan polibag atau pelastik
dari bibit
• Padatkan tanah disekeliling tanaman bibit yang telah
dimasukan kelubang agar tidak rebah.
3.3.5 Pemeliharaan
a.
Pemasangan
Ajir/turus
Dalam budidayanya, tanaman cabai
mutlak memerlukan ajir atau turus untuk membantu pertumbuhannya supaya tegak,
mencegah tanaman roboh karena berat buah dan tiupan angin,
Gambar 5
mengoptimalkan
sinar matahari ke tanaman sehingga fotosintesis berlangsung secara maksimal,
membantu penyebaran daun dan tunas seta ranting cabai supaya teratur,
mempermudah penyiangan dan penyemprotan serta pemupukan.
Berdasarkan penelitian yang pernah
dilakukan, penanaman cabai dengan menggunakan ajir dari bamboo dapat menaikkan
produksi buah cabai sampai dengan 48 % serta dapat mengurangi serangan hama dan
penyakit. Pemasangan ajir dilakukan segera setelah tanaman cabai ditanam di bedengan.
Ajir yang bisa digunakan adalah dari
batang bamboo yang dibelah empat dan dibersihkan atau dihaluskan supaya tidak
melukai pekerja atau tanaman cabai. Tinggi ajir umum digunakan untuk hibrida
adalah 125 cm, dengan bagian yang dimasukkan ke dalam tanah adalah 25 cm. Ajir
ini dipasang tegak di setiap tanaman cabai dengan jarak sekitar 10 cm dari
batang tanaman. Untuk memperkuat pemasangannya, semua ajir yang digunakan di
dalam bendengan tersebut bisa dihubungkan dengan menggunakan bamboo panjang
yang diikat dengan tali.
Setelah ajir terpasang, tanaman
cabai harus segera diikatkan di ajir tersebut dengan menggunakan tali raffia.
Supaya tidak melukai batang cabai, pengikatan tanaman bisa menggunakan simpul
yang berbentuk angka delapan. Pengikatan tanaman dilakukan pertama kali di batang.
Setelah mengalami penambahan tinggi, tanaman diikat di percabagan pertama.
b.
Penyulaman
Benih
cabai yang kita tanam di lahan tidak semuanya dapat hidup sempurna. Bahkanada
yang mati. Hal ini, selain diakibatkan cara penanaman yang tidak benar juga
diakibatkan faktor sinar matahari yang terlalu panas, hujan yang terlalu besar
atau serangan hama dan penaykit.
Untuk
menanggulangi hal tersebut, saat tanaman berumur 7 dan 14 hari setelah
penanaman, kita perlu melakukan penyulaman atau mengganti bibit tanaman cabai
yang mati dengan bibit tanaman cabai yang baru. Bibit yang akan kita pakai
untuk menyulam bisa menggunakan sisa bibit hasil penanaman terdahulu, bisa juga
menggunakan bibit yang kita tanam dengan selang 7 dan 14 hari dari awal
penyemaian.Jika setelah berumur 3 minggu masih ada tanaman yang mati, kita
tidak perlu menyulam atau menggantinya. Penyulaman saat tanaman berumur lebih
dari 3 minggu akan menghasilkan tanaman yang tidak seragam, baik umur maupun
waktu panennya, sehingga akan menyulitkan perawatannya.
c.
Penyiangan
Tujuan penyiangan
adalah persaingan dalam pengambilan unsur hara atara pohon induk dengan gulma. Salah satu faktor yang menyebabkan sering tumbuh gulma adalah
adanya penggunaan pupuk kandang sebagai campuran media tumbuh, namun demikian
kehadiran pupuk kandang tetap sangat diperlukan. Sterilisasi media dengan uap
air panas pada suhu 80 - 90°C selama 1 jam dapat membunuh biji-biji gulma.
Penyiangan biasanya dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh
dan pelaksanaannya dilakukan apabila telah tumbuh.
Penyiangan juga merupakan salah satu
upaya pengendalian hama penyakit, karena adanya gulma dapat menjadi inang
berkembangnya hama dan penyakit, untuk itu pengawasan secara rutin dan berkala
harus dilakukan pada pertanaman cabai sehingga ketika terdapat gejala hama dan penyakit
dapat sedini mungkin ditanggulangi.
d.
Penyiraman
Pada fase pertumbuhan awal, penyiraman tanaman
cabai dilkukan setiap hari terutama pada musim kemarau. Jika kondisi lahan
porus sebaiknya penyiraman dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore hari. Setelah
tanaman memiliki pertumbuhan dan perakaran yang cukup kuat, penyiraman tanaman
cabai pada polybag dapat dilakukan setiap 2 – 3 hari sekali. Pada
pertanaman dilahan sawah/ pekarangan penyiraman dapat dilakukan 3 - 4 hari
sekali dengan cara menggenangi air/leb pada parit yang ada diantara
bedengan. Jika penggenangan lahan tidak memungkinkan maka penyiraman dapat
dilakukan dengan teknik kocoran menggunakan selang yang dialirkan atau
dikocorkan pada tanah diantara 4 tanaman.
Parapetani juga ada yang menggunakan
cara system irigasi tetes. Irigasi tetes adalah memompa air dan
mengalirkannya ke tanaman dengan perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan tiap 15
cm (tergantung jarak antartanaman). Penyiraman dengan sistem ini biasanya
dilakukan dua kali sehari pagi dan petang selama 10 menit. Sistem tekanan air
rendah ini menyampaikan air secara lambat dan akurat pada akar-akar tanaman,
tetes demi tetes. Keuntungannya dengan sistem ini sedikit menggunakan air, air
tidak terbuang percuma, dan penguapan pun bisa diminimalisir.
Irigasi
tetes tampaknya bisa dijadikan pilihan cerdas untuk mengatasi masalah
kekeringan atau sedikitnya persediaan air di lahan-lahan kering.Irigasi tetes
pertama kali digunakan di kawasan gurun dimana air sangat langka dan berharga.
Pada pertanian skala besar, irigasi tetes cocok untuk sistem pertanian
berjajar, untuk buah-buahan, juga sistem irigasi di dalam greenhouse.
Irigasi tetes juga menjadi sarana penting di negara-negara maju di seluruh
dunia dalam mensiasati pasokan air yang terbatas.Drip irrigation
dirancang khusus untuk pertanian bunga-bungaan, sayuran, tanaman keras, greenhouse,
bedengan, patio dan tumbuhan di dak.
Gambar.7
pengairan cara irigasi tetes
1 .moderen 2.
tradisional
|
Sistem
irigasi tetes cepat dan mudah dirakit. Komponennya utama adalah pipa paralon
dengan dua ukuran yang berbeda. Yang berdiameter lebih besar digunakan sebagai
pipa utama, sementara yang lebih kecil digunakan sebagai pipa tetes. Pipa utama
berfungsi sebagai pembagi air ke setiap pipa tetes. Pipa tetes diberi
lubang-lubang untuk meneteskan air ke setiap tanaman dengan jarak sesuai jarak
antar tanaman. Untuk mengalirkan air dari sumbernya diperlukan pompa air, juga
dilengkapi kran dan saringan air ke pipa utama, tidak lupa pipa konektor untuk
sambungan.
Dibandingkan
dengan sprinkler atau penyiram taman sistem semprot perlu jumlah air
yang banyak. Diperlukan sebanyak 400 galon air per jam, sementara tanah tidak
diberi waktu untuk menyerap air. Hasilnya
air lolos di permukaan mengakibatkan erosi. Sementara dengan irigasi tetes air
bisa dihemat hingga 50%. Drip irrigation
tidak membuang-buang air, tidak menyebabkan erosi dan sedikit air yang menguap.
Air memiliki waktu untuk menyerap ke dalam dan secara kapiler ke seluruh area
perakaran. Hasilnya irigasi tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibanding
sistem sprinkler yang hanya 50% - 65%.
Dengan
penambahan pengatur waktu (timer) yang diprogram, sistem irigasi ini
secara otomatis akan menyiram tanaman dengan jumlah air yang tepat setiap hari
sementara anda bisa berleha-leha di rumah atau bisa tenang bepergian.
e.
Pemupukan
Selain pemupukan tanaman cabai pada
saat pengolahan lahan, perlu dilakukan pemupukan susulan atau pupuk
tambahan, yang dilakukan pada saat fase pertumbuhan vegetatif. Bertujuan untuk
mempercepat pertumbuhan tanaman. Pupuk tambahan berupa pupuk daun yang
diberikan dengan cara disemprotkan pada tanaman. Pupuk yang banyak dijual di
pasaran antara lain Multimicro dan Comlesal cair.
Pemupukan tambahan dapat dilakukan
dengan interval penyemprotan antara 10 – 14 hari sekali, dengan dosis sesuai
label produk.Selain pupuk tambahan untuk pertumbuhan vegetatif (tunas dan
daun), juga perlu dilakukan pemupukan untuk pertumbuhan bunga dan buah. Pupuk
untuk pertumbuhan bunga dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 50 hari
menggunakan pupuk NPK/Ponska (15 : 15 : 15). Pemupukan dengan dosis 250
kg/ha atau takaran pupuk kurang lebih 5 sendok makan yang diberikan diantara 4
tanaman. Pemberian pupuk dengan melubangi Mulsa Plastik Hitam Putih (MPHP)
di antara 4 tanaman. Pupuk tersebut dimasukkan ke dalam tanah kemudian disiram
dengan air bersih agar cepat larut dan tersebar ke perakaran tanaman.
|
|
|
|
Gambar 6. Pupik organik
|
Pupuk
anorganik
|
Apabila kondisi pertumbuhan tanaman
cabai kurang baik atau karena terserang hama penyakit dengan dosis NPK dapat
diberikan pupuk sebanyak 4 – 5 kg dilarutkan dalam 200 lt air (1 drum) lalu
dikocorkan pada setiap tanaman sebanyak 300 – 500 cc atau tergantung
kebutuhan. Pemupukan tanaman cabai pada polybag dapat dilakukan dengan
dosis antara 5 - 6 gram/ polybag. sebaiknya diberikan dengan cara dikocor
menggunakan air bersih. Kelebihan dosis pupuk dan pemupukan pada terik matahari
dapat mengakibatkan tanaman layu.
Varietas cabai hibrida umumnya bisa
berbuah cukup lama,sehingga dapat dipanen hingga 12 –14 kali.Agar produktivitas
buah cabai tetap baik maka setiap usai panen perlu dilakukan pemupukan NPK atau
campuran ZA,Urea,TSP,KCl dengan perbandingan 1:1:1:1.
f.
Perempelan atau Pengwiwilan
Perempelan
(pembuangan) tunas samping yang berada di bawah cabang sekunder perlu dilakukan
karena tunas samping tersebut tidak produktif hanya akan mengurangi pertumbuhan
cabang tanaman yang produktif.Perempelan tunas samping dilakukan pada saat
tanaman berumur 7 – 20 hari, yaitu dengan cara membuang semua tunas samping
yang tumbuh biasanya perempelan dilakukan hingga 2 - 3 kali.
Selain
perempelan tunas samping juga perempelan terhadap bunga pertama yang berada di
sela-sela cabangan pertama. Tujuannya adalah untuk merangsang pertumbuhan
tunas-tunas dan percabangan di atasnya untuk menghasilkan buah yang lebih
banyak
g.
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Cabai
Pengendalian hama dan penyakit
tanaman cabai dapat dilakukan dengan memberikan fungisida dan insektisida
nabati dengan cara penyemprotan secara teratur. Jika menggunakan fungisida dan
insektisida kimia dilakukan berdasarkan serangan hama dan aplikasinya sesuai
anjuran serta harus tepat waktu dan sasaran. Fungisida dan pestisida kimia
memiliki residu yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
Jenis hama dan penyakit yang
menyerang pada budidaya cabai dan cara penanganannya adalah sebagai berikut :
a.
Empoasca sp.Empoasca sp. merupakan
serangga penghisap cairan tanaman yang berukuran kecil (sktr 3-4 mm). Umumnya serangga ini
berbentuk brachyptera, yaitu serangga yang memiliki sayap pendek dan aktif pada
malam hari. Serangga
ini menjadi hama penting pada tanaman kapas, selain kapas serangga ini juga
menyerang rumput, bunga, sayuran, buah, semak, palem dan gulma.Serangan
Empoasca sp. terlihat dari munculnya bercak berwarna putih pada permukaan daun.
Serangga ini menghisap cairan tanaman pada mesofil dan jaringan pembuluh (floem
dan xylem) daun. Empoasca sp. lebih menyukai daerah yang teduh, sehingga
serangan yang berat sering terlihat pada daun bagian bawah.Pengendalian
dilakukan dengan menggunakan teknik pengendalian fisik, mekanik, biologi dan
kimia. Pemanfaatan musuh alami dilaporkan mampu mengendalikan serangan hama
ini.
Gambar.8
|
b.
Kutu Kebul Bemisia tabaci (Genn)
Kutu
kebul merupakan salah satu serangga dari famili Aleyrodidae yang dijumpai
menyerang tanaman cabai di daerah tropis dan sub-tropis. Kisaran inang serangga
ini cukup luas dan dapat mencapai populasi yang besar dalam waktu yang cepat
apabila kondisi kondisi lingkungan menguntungkan. Beberapa tanaman pertanian
yang menjadi inang kutu kebul adalah kentang, timun, melon, labu, terong,
cabai, lettuce dan brokoli. Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh
aktivitas imago dan nimfa yang mengisap cairan daun, gejala yang timbul berupa
becak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel-sel dan jaringan daun. Ekskresi
kutu kebul menghasilkan embun madu, embun madu yang dihasilkan lebih susah
dihilangkan daripada yang dihasilkan oleh aphid, karena ukuran embun madu yang
dihasilkan lebih besar. Embun madu merupakan media yang baik bagi tumbuhnya
embun jelaga, keberadaan embun jelaga menyebabkan terganggunya proses
fotosintesis pada daun. Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa,
kutu kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Sampai
saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain
Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Rod-shape DNA
Virus. Pengendalian dapat dilakukan dengan menerapkan sistem pergiliran tanaman
(rotasi) dengan tanaman bukan inang, seperti tanaman tomat, cabai, kentang dan
mentimun. Pemasangan perangkap warna, kelambu dan sanitasi tanaman yang
terserang merupakan pengendalian teknis yang mampu menekan populasi hama ini.
Secara biologi pengendalian dapat dilakukan dengan menginfestasikan kumbang
predator Menochilus sexmaculatus (Coccinelidae) atau parasitoid nimfa Encarcia
formosa.
c.
Lalat Buah Bactrocera dorsalis (Hendel)
Keragaman
jenis dari lalat buah (Tephhritidae) di seluruh dunia cukup tinggi, kurang
lebih terdapat sekitar 4000 jenis lalat buah yang tersebar di seluruh dunia.
Beberapa jenis dari serangga ini merupakan hama penting pada pertanian,
diantaranya adalah lalat buah dari genus Anastrepha, Ceratitis dan Bactrocera.
Genus Bactrocera terdiri dari 350-375 jenis, sedangkan jenis yang umum menjadi
hama pada genus ini adalah Bactrocera dorsalis (Hendel). Lalat buah tercatat
telah menyerang lebih dari 150 jenis buah dan sayuran, termasuk jeruk, jambu
biji, mangga, pepaya, alpukat, pisang, tomat, ceri Suriname, jambu, markisa,
kesemek, nanas, persik, pir, aprikot, ara, dan kopi. Alpukat, manga dan pepaya
merupakan buah-buahan yang sering diserang oleh hama ini. Lalat buah oriental
menyebabkan kebusukan pada buah, gejala pada buah yang terserang ditandai
dengan adanya titik hitam pada bagian pangkal buah, gejala ini timbul karena
bekas tusukan ovipositor lalat dewasa yang memasukkan telurnya. Pengendalian
hama ini cukup sulit untuk dilakukan, karena hama ini menyerang dari dalam buah
dan hanya stadia larva yang menjadi hama. Umumnya pengendalian dilakukan dengan
melakukan rotasi tanaman, pembungkusan, perangkap feromon (metil eugenol) atau
infestasi parasitoid.
d.
Thrips parvispinus (Karny)
Thrips
menjadi hama penting pada beberapa tanaman pertanian di Indonesia dan mampu
menyebabkan kerugian yang cukup besar. Hama ini berasal dari Asia Tenggara,
penyebaran hama ini meliputi Indonesia, Thailand, Malaysia, Papua Nugini dan
Australia Utara, Hawaii, kepulauan Mikronesia, dan Yunani. Di Indonesia,
serangga ini menyerang beberapa tanaman di provinsi Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan
Jawa Timur. Hama ini bersifat polifag dengan tanaman inang utama cabai, bawang
merah, bawang daun dan jenis bawang lainnya dan tomat.Sedangkan tanaman inang
lainnya tembakau, kopi, ubi jalar, waluh, bayam, kentang, kapas, tanaman dari
famili Crusiferae, Crotalaria dan kacang-kacangan.Thrips menyebabkan daun
bagian bawah berwarna keperak-perakan, kemudian daun mengeriting atau keriput.
Hama ini menyerang dengan cara menghisap cairan tanaman pada bagian dausn atau bunga. Gejala awal ditandai
dengan adanya bercak-bercak berwarna putih atau keperak-perakan yang tidak
beraturan. Setelah beberapa waktu, noda keperakan tersebut akan berubah menjadi
cokelat tembaga, kemudian daun akan mengeriting/keriput dan mati. Serangan yang
berat dapat menyebabkan pucuk daun menggulung ke dalam dan timbul 9 benjolan
seperti tumor. Pertumbuhan tanaman yang terserang akan terhambat, kerdil bahkan
mati pucuk. Thrips merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting.
Pengendalian yang umum dilakukan oleh petani adalah dengan memasang mulsa
perak, melakukan sanitasi, pergiliran tanaman dan aplikasi insektisida.
e.
Ganjur Cabai (Asphondylia sp)
Hama ganjur
cabai merupakan hama baru yang menyerang tanaman cabai. Buah cabai yang
terserang akan mengalami malformasi, bentuk buah memuntir dan
membengkak.Kerusakan yang ditimbulkan menyebabkan penurunan kuantitas dan
kualitas produksi buah.
Gambar.9
Serangan hama ini sering terlihat pada buah
muda daripada buah matang, buah muda yang terserang masih berkembang dan matang
meskipun dengan ukuran yang lebih kecil. Hama ganjur cabai meletakkan telur
pada saat cabai mulai berbunga, sehingga ketika larva menetas mendapatkan
makanan berupa jaringan daging buah muda. Gejala serangan pada buah terlihat
pada kisaran 7-10 hari setelah peneluran, lama stadium telur dan larva
masing-masing 3 dan 7 hari.Para ilmuan menyarankan pengendalian preventif
dengan memanfaatkan musuh alami dan tindkan pengendalian secara fisik, mekanik
dan kimia.
f.
Antraknosa (Colletotrichum capsici)
Penyakit
ini menyerang bagian buah cabai, baik buah yang masih muda maupun yang sudah
masak. Cendawan ini termasuk salah satu patogen yang terbawa oleh benih.
Penyebaran penyakit ini terjadi melalui percikan air, baik air hujan maupun
alat semprot. Suhu optimum bagi perkembangan cendawan ini berkisar antara
20–24° C. Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak yang agak
mengkilap, sedikit terbenam dan berair, berwarna hitam, orange dan coklat.
Warna hitam merupakan struktur dari cendawan (mikro skelerotia dan aservulus),
apabila kondisi lingkungan lembab tubuh buah akan berwarna orange atau merah
muda. Luka yang ditimbulkan akan semakin melebar dan membentuk sebuah lingkaran
konsentris dengan ukuran diameter sekitar 30 mm atau lebih. Dalam waktu yang
tidak lama buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk, ledakan
penyakit ini sangat cepat pada musim hujan. Pencegahan dapat dilakukan dengan
membersihkan lahan dan tanaman yang terserang agar tidak menyebar. Seleksi
benih atau menggunakan benih cabai yang tahan terhadap penyakit ini perlu
dilakukan mengingat penyakit ini termasuk patogen tular benih. Hindari
pengguanaan alat semprot, atau lakukan sanitasi terlebih dahulu sebelum
menggunakan alat semprot. Secara kimia, pengendalian dapat dilakukan dengan
aplikasi fungisida sistemik yang berbahan aktif triadianefon dicampur dengan
fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida atau mankozeb.
g.
Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum)
Penyakit
ini disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum, bakteri ini ditularkan melalui
tanah, benih, bibit, sisa-sisa tanaman, pengairan, nematoda atau alat-alat
pertanian. Selain itu, bakteri ini mampu bertahan selama bertahun-tahun di
dalam tanah dalam keadaan tidak aktif. Penyakit ini cepat meluas terutama di
tanah dataran rendah. Gejala awal ditandai dengan munculnya kelayuan yang tidak
permanen pada tanaman cabai, namun pada stadia lanjut kelayuan terjadi secara
menyeluruh dan permanen. Tanaman cabai mengalami kelayuan dan mati pada kurun
waktu 3 hari atau lebih. Keberadaan bakteri pada tanaman dapat diketahui dari
adanya cairan berwarna coklat susu berlendir, semacam asap yang keluar dari
jar€ingan pembuluh apabila batang dimasukkan ke dalam air. Pengendalian
dilakukan dengan menyingkirkan tanaman yang terserang dengan segera sehingga
tidak menyebar ke tanaman yang lain. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara
menjaga bedengan tanam selalu dalam kondisi kering di luar. Rotasi tanaman
mampu mengurangi resiko serangan penyakit tersebut. Secara kimiawi, pengendalian
dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida berbahan aktif tembaga hidroksida,
konsentrasi yang digunakan adalah 5 - 10 g/liter. Aplikasi dilakukan pada
lubang tanam sebanyak 200 ml/tanaman dengan interval waktu 10 - 14 hari dan
dimulai saat tanaman mulai berbunga.
h.
Bercak Daun (Cercospora capsici)
Bercak
daun disebabkan oleh cendawan Cercospora capsici, cendawan ini mampu bertahan
hidup pada sisa-sisa tanaman. Gejala awal penyakit ditandai dengan munculnya
bercak berbentuk bulat pada daun tanaman cabai. Serangan yang berat dapat
menyebabkan daun berguguran, sehingga pertumbuhan tanaman kurang optimal.
Cendawan ini juga menyerang batang, tangkai daun serta tangkai bunga.
Pengendalian terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan membuang tanaman yang
terserang sekaligus membersihkan lingkungan disekitar tanaman. Secara kimia
dapat juga dicegah dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida
atau mankozeb.
i.
Virus gemini
Cabai
sangat rentan dengan berbagai macam jenis penyakit yang ditimbulkan oleh virus,
lebih dari 70 jenis virus dilaporkan mampu menyebabkan penyakit pada tanaman
cabai. Beberapa dari virus tersebut merupakan patogen penting secara ekonomi,
salah satunya adalah virus gemini. Penyebaran virus ini meliputi daerah Amerika
bagian Utara dan Selatan, Asia, Timur Tengah dan daerah Mediterania. Selain
cabai virus ini juga mampu menyerang tanaman tomat, gula bit atau tanaman
pertanian yang lain. Penyakit ini disebabkan oleh virus gemini dengan diameter
partikel isometri berukuran 18–22 nm. Virus gemini mempunyai genome sirkular
DNA tunggal.Gejala serangan penyakit ini pada tanaman cabai terlihat dari
adanya warna kuning pada daun, penggulungan daun dan pertumbuhan tanaman yang
tidak sempurna. Penyakit ini menghambat jaringan floem, sehingga pertumbuhan
tanaman tidak sempurna dan kerdil. Keberadaan penyakit ini sangat merugikan
karena mampu mempengaruhi produksi buah.
Pengendalian untuk menghindari adanya serangan
penyakit, maka petani perlu memperhatikan langkah-langkah upaya pengendalian antara
lain:
1.
Pengendalian Secara Kultur Teknis
-
Menggunakan benih yang sehat
-
Melakukan penggiliran tanaman dengan
tanaman non-solanaceae
-
Melakukan perbaikan drainase
-
Melakukan sanitasi rumput-rumput/gulma
dan buah cabai yang terserang penyakit dikumpulkan kemudian dimusnahkan
-
Melakukan budidaya cabai dengan skala
kecil dalam botol-botol plastik dengan media tanam (abusekam+krikil) dan
dipupuk dengan pupuk cair,tanaman cabai tersebut digantung pada rak bambu
dibawag rumah beratap plastik (antisipasi terhadap antraknose ala tegal)
2.
Pengendalian Hayati
-
Memanfaatkan agens antagonis Trichoderma spp dan Gliocladium spp diaplikasikan pada kantong persemaian sebanyak 5
gram perkantong, tiga hari sebelum penanaman benih atau bersamaan dengan penanaman
benih
-
Pemanfaatan mikroba antagonis Pseudomonas fluorescens dan Bacillus subtilis, diaplikasikan mulai
fase pembungaan hingga tiga minggu setelah pembungaan dengan selang waktu satu
minggu
3.
Pengendalian
dengan varietas tahan
Beberapa
varietas cabai yang agak tahan terhadap penyakit adalah varietas Tombak-1,
Tombak-2,Cemeti-1,Nenggala-1, Tampar-1,dan Tampar-2.Sedangkan yang relatif
tahan adalah Varietas kriting Bukittinggi.
4.
Pengendalian
secara kimiawi
Apabila
cara lain tidak mampu menekan serangan penyakit dan gejala serangan semakin
meluas, maka pengendalian dapat menggunakan fungisida yang efektif denagna
pelaksanaan aplikasi sesuai dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT).
Gambar 10
Diantara jenis
fungisida yang diperbolehkan oleh Mentri Pertanian untuk mengendalikan
Antraknose cabai dengan bahan aktif: siprokonazol, azoksistrobin, zineb missal
remedy 50 WP, kaptan,dsb.
3.3.6 Panen dan Pasca Panen
Sebagai
buah segar, daya simpan cabai sangat singkat. Oleh sebab itu
penanganan mulai dari pemanenan sampai pengangkutan harus dilakukan hati-hati.
Kecerobohan dalam pemanenan hanya akan membuat cabai mudah
rusak dan menyebabkan penyusutan terhadap bobot cabai.
o
Biasanya persentasi kerusakan adalah sbb
:
- Jumlah kerusakan di lapangan kira-kita 4 %
- Jumlah kerusakan di pedagang pengumpul 7 %
- Kerusakan di pasar pengumpul 10%
- Kerusakan di pengecer (pasar) sekitar 2 %
- Jumlah kerusakan di lapangan kira-kita 4 %
- Jumlah kerusakan di pedagang pengumpul 7 %
- Kerusakan di pasar pengumpul 10%
- Kerusakan di pengecer (pasar) sekitar 2 %
-Kerusakan
umumnya terjadi pada saat pengemasan atau selama pengangkutan.
Gambar
11
Misalnya buahnya patah atau terbelah,
tangkainya patah. Kerusakan fisik juga dapat disebabkan oleh lingkungan tempat
penyimpanan yang lembab (90%) atau suhu tropis yang tinggi. Kerusakan fisik
ditandai dengan membusuknya cabai segar yang disimpan Namun kelembaban
lingkungan juga tidak boleh kurang dari 80 %, karena bisa membuat cabai kering
sehingga tampak keriput dan tidak segar lagi. Kerusakan ini tentu merugikan.
Oleh karena itu agar cabai sampai ke tangan pembeli dalam kualitas yang baik
perlu penanganan ekstra saat panen dan pasca panen.
a.
Panen
Panen tanaman cabai besar pada umur 90-100 HST dengan
ciri; kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian
tepi daun tua mengering, batang menguning, pada pagi atau sore hari disaat
cuaca cerah. Buah dipuntir hingga tangkai buah terputus. Pemuntiran buah
dilakukan satu-persatu dan dipilih buah yang siap petik. Masukkan keranjang dan
letakkan di tempat yang teduh. Interval pemetikan 2-3 hari sekali. Wadah
yang baik untuk pengangkutan adalah peti-peti kayu dengan papan bercelah dan
jangan dibanting.Waspadai penyakit busuk buah, kumpulkan dan musnahkan.Cabai
yang telah dipetik, dibersihkan, disortasi dan di packing lalu diangkut siap
untuk konsumsi.
Hal
yang perlu diperhatikan saat panen cabai .
1.
Panen setelah sekuruh cabai telah
mencapai tingkat kematangan yang sama atau berwarna merah.
2.
Lakukan pemetikan setelah permukaan
kulit cabai tak bacah oleh air. Ini untuk mengurangi terjadinay kontaminasi
mikroba pembusuk
3.
Pada saat panen, hindari terjadinya luka
dan patah pada cabang dan ranting.
4.
Pisahkan seghera buah yang busuk dengan
buah yang sehat agar tidak terjadi penularan penyakit dari vcabai yang busuk ke
cabai yang sehat.
5.
Upayakan agar hasil
panen tidak kena sinar matahari langsung.
b.
Pasca Panen
Pasca panen adalah tahapan yang dimulai sejak pemungutan hasil pertanian
yang meliputi hasil tanaman pangan, hortikultura, perkebunan sampai siap
dipasarkan. Pasca panen menurut pasal 31 UU
No.12/1992, adalah “suatu kegiatan yang meliputi pembersihan, pengupasan, sortasi, pengawetan,
pengemasan,penyimpanan, standarisasi mutu, dan transportasi hasil budidaya
pertanian”.
Pada kegiatan pasca panen Cabe yang disimpan dengan
suhu sekitar 4o C dengan kelembaban (RH) 95% sampai dengan 98 %
dapat tahan sekitar 4 minggu dan pada kondisi penyimpanan dengan temperatur 10
o C cabai masih dalam keadaan baik sampai dengan 16 hari. Penyimpanan cabai
segar dengan cara biasa waktunya tidak akan lama, tetapi kalau dikeringkan maka
daya simpannya akan lebih lama. Cabai yang akan dikeringkan harus dipilih yang
berkualitas baik, hal tersebut ditandai dengan cabai yang berisi dan segar,
kemudian tangkai cabai dibuang lalu cabai dicuci bersih. Kemudian dimasukkan
dalam air panas beberapa menit, lalu didinginkan dengan cara dicelupkan dalam
air dingin. Selanjutnya ditiriskan di atas anyaman bambu atau kawat kasa
sehingga airnya keluar semua. Setelah ditiriskan kemudian cabai dijemur pada
panas matahari sampai kering, biasanya kurang lebih selama satu minggu.
Pada
musim hujan , pengeringan cabai dapat menggunakan pemanas. Di dalam ruangan
pemanas tersebut diberi para-para beberapa lapis untuk meletakkan cabai.
Lapisan cabai jangan terlalu tebal, cukup satu lapis agar cepat kering. Sebagai
sumber panas dapat memakai lampu listrik , kompor, tungku arang atau bahan
lainnya.
Sebelum disistribusikan
, proses yang dilalui adalah
:
1.
Sortasi Memilah, memisahkan antara cabai
yang rusak (busuk, patah atau memar ). Tujuannya untuk memperoleh hasil yang
berkualitas dan tingkat kematangan yang seraga
2.
Curing Untuk memaksimalkan pembentukan dan
kestabilan warna cabai sebelum diolah. Tujuannya untuk membuang panas lapang.
Biasanya petani melakukan curing dengan menghamparkan cabai di tempat tedu
3. Pengemasan :
Pengemasan cabai dilakukan untuk melindungi cabai dari kerusakan selama pengangkutan. Kemasan dibuat dari berbagai bahan dan bentuknya disesuaikan dengan kapasitas cabai yang akan dikemas. Agar jumlah kerusakan selama pengangkutan kecil, cabai dikemas dalam dus karton kapasitas 10 kg. Kemasan ini biasanya untuk ekspor.
Pengemasan cabai dilakukan untuk melindungi cabai dari kerusakan selama pengangkutan. Kemasan dibuat dari berbagai bahan dan bentuknya disesuaikan dengan kapasitas cabai yang akan dikemas. Agar jumlah kerusakan selama pengangkutan kecil, cabai dikemas dalam dus karton kapasitas 10 kg. Kemasan ini biasanya untuk ekspor.
Cabai disusun teratur
hingga menenuhi volume boks kemasan. Kemasan diberi ventilkasi udara. Pada
bagian luar di beri label dan gambar agar menarik Untuk pemasaran antar kota,
petani biasanya mengemas cabai dengan jaring dengan kapasitas kira-kira 25-50
kg. Kemasan ini praktis, mudah dibongkar, namun tak dapat melindungi cabai dari
kerusakan . Selain kemasan jaring yang dapat diugunakan lainnya adalah :
1.Keranjang bambu
ukuran alas 40 cm, tinggi 44 cm diameter tutup 50 cm
3. Kemasan karton ukuran 35 x 40 x 50 cm yang keenam sisinya diberi lubang sirkulasi udara (diameter 1 cm jarak antara titik lubang 10 cm.) Karung plastik Ketiga kantong itu idealnya mampu menampun cabai 20-25 kg.
3. Kemasan karton ukuran 35 x 40 x 50 cm yang keenam sisinya diberi lubang sirkulasi udara (diameter 1 cm jarak antara titik lubang 10 cm.) Karung plastik Ketiga kantong itu idealnya mampu menampun cabai 20-25 kg.
3.3.7
Identifikasi Masalah di Lapangan
1.
Masalah Teknis
Masalah
teknis yang terdapat dilapangan adalah :
a.
Serangan
hama dan penyakit
Parapetani
dalam melakukan pembudidayaan tanaman tentumya tidak semudah apa yang kita
bayangkan. Didalam pembudidayaaan pasti akan ada banyak gangguan,terutama hama
dan penyakit. Ganguan ini tidak akan mudah hilang begitu aja karena terus
menerus berangsur-angsur gantian sampai tanam di panen. Contoh hama penyakit
yang sering kami lihat dan kendalikan /berantas di lapangan pada tanaman cabai
(capsicum annum) hama seperti: limus
sakeureut, ulat tanah, thrips, tungau (Mite),
kutu (Myzuspersicae), lalat buah
(Bactrocera dorsalis), ulat grayak (Spodoptera litura) dan lain-lain.
Penyakitnya seperti: antracnose, layu bakteri, virus kuning (gemini virus), dan lain-lain.
b.
Cara penanggulangannya
Dalam upaya pemecahan masalah pemberantasan hama
penyakit tidaklah mudah di lakukan oleh parapetani
,karena harus terus
menerus melakukan
percobaan untuk
membrantas/mengendalikannya.
Para petani di daerah kita , melakukan cara Eadicatin System untuk mengendalikannya, yaitu dengan penanganan secara fisik. Para
petani melakukan pencabutan langsung terhadap tanaman yang terserang penyakit,
di kumpulkan lalu di bakar, supaya tidak menyebar , untuk supaya efektif, petani melakukan penyemprotan
dengan bahan kimia.
Kebanyakan
parapetani dalam
mengendalikan hama lebih memilih mengunakan bahan kimia untuk menanggulanginya,
karena mudah dan cepat (tidak memerlukan waktu yang lama, caranya yaitu dengan menyemprotkan beberapa bahan kimia untuk pembrantas
hama
yang ada di lapangan.
c.
Penanganan
hasil panen yang kurang hati-hati
Dalam penanganan hasil
panen kebanyakan parapetani lebih memilih untuk langsung di jual ke
pemborong-pemborong, karena memudahkan dalam jual belinya dan tidak harus
mengelola/mengurus di tempat.
Dalam mengatasi hal ini
tidaklah mudah, karena tergantung kesadaran masing-masing orangnya/petaninya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar