Translate

Sabtu, 21 Februari 2015

Laporan Prakerin SMK Pertanian BAB III



BAB III
PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Pelaksanaan Pelaksanaan Kegiatan PRAKERIN
3.1.1  Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Praktek Kerja Industri ( PRAKERIN ) yaitu mulai dari tanggal 02 Mei 2013 sampai dengan tanggal 03 Juli 2013
Dari mulai tanggal tersebut, penyusun banyak mendapat pelajaran dan pengetahuan terutama dalam dunia pertanian. Kegiatan yang kami lakukan selama Prakerin yaitu dengan memulai kegiatan sebagai berikut :
1.        Kerja pengalaman
2.        Integrasi Partisipasi Masyarakat.

3.1.2 Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan Prakte Kerja Industri ( PRAKERIN ) di :
Kampung
Desa
Kecamatan
Kabupaten 
:Cilimus
:Sirnajaya
:Cisurupan
:Garut


3.2   Tekhnis Budidaya Tanaman Cabai (capsicum annum)
3.2.1       Tinjauan Umum Tanaman Cabai (capsicum annum)
Tanaman cabai (Capsicum annum) merupakan salah satu komoditas holtikultura prioritas yang bernilai ekonomis yang tinggi,sehingga jenis sayuran beraroma pedas ini banyak diusahakan oleh petani baik didataran tinggi maupun dataran rendah.Harga jual produk cabai diluar musim (off season) umumnya memang cukup tinggi.Itulah sebabnya para petani berusaha keras untuk menanam cabai diluar musim,apabila tanaman cabai yang ditanam diluar musim berhasil dengan baik,maka petani akan meraih keuntungan yang banyak.
o    Berikut Klasifikasi Tanaman Cabai (Taksonomi)
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Tumbuhan
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Solanales
: Solanaceae
: Capsicum
: annum

Gambar .1


3.2.2        Morfologi Tanaman Cabai

1.        Akar
Tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit dan hanya terdiri dari akar serabut saja. Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme. Meskipun tidak memiliki akar tunggang, namun ada beberapa akar tumbuh ke arah bawah yang berfungsi sebagai akar tunggang semu.
2.        Batang
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu. Biasanya, batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang batang biasanya tidak melebihi 100 cm. Namun untuk jenis cabai besar, panjang batang (ketinggian) dapat mencapai 2 meter bahkan lebih. Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda. Pada batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan muncul wama coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim.
3.        Daun
Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang Ian- set. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3 — 11 cm, dengan lebar antara 1 — 5 cm
4.        Bunga Cabai
Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu berbentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas Ateridae (berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat 2 — 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacam-macam, ada yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 — 20 mm. Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempuma, artinya dalam satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih baik, penyerbukan silang lebih diutamakan. Karena itu, tanaman cabai yang ditanam di lahan dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman cabai yang ditanam sendirian. Pernyerbukan tanaman cabai biasanya dibantu angin atau lebah. Kecepatan angin yang dibutuhkan untuk penyerbukan antara 10 — 20 km/jam (angin sepoi-sepoi). Angin yang ter lalu kencang justru akan merusak tanaman. Sedangkan penyerbukan yang dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik mendekati bunga tanaman cabai yang menarik penampilannya dan terdapat madu di dalamnya.
5.        Buah dan Biji Cabai
Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan memiliki banyak variasi. Buah cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu serrano, cubanelle, cayenne, pimento, anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho, banana, dan blocky bell. Hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai, di mana tipe elongate bell dan blocky bell dianggap sama.

3.2.3         Syarat Tumbuh
1.        Iklim
Pada umumnya cabai dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman cabai adalah 240 - 270C, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 160 - 230 C. Setiap varietas cabai hibrida mempunyai daya penyesuaian tersendiri terhadap lingkungan tumbuh.
Cabai hibrida Hot Beauty dan Hero dapat berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi + 1200 m dpl. Sedangkan cabai hibrida Long Chili lebih cocok ditanam pada ketinggian antara 800 - 1500 m dpl.
 Khusus untuk cabai Paprika umumnya hanya cocok ditanam di dataran tinggi. Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman paprika antara 210 - 250C, sedangkan untuk pembentuk-an buah memerlukan temperatur 18,30. Cabai paprika tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi karena dapat menyebabkan buah seperti terbakar (sunburn) dan juga hasil akhir bobot buah akan sangat rendah. Pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, tanaman paprika akan mengalami gugur tunas, gugur bunga dan buah muda, serta ukuran buah sangat kecil. Meskipun cabai paprika umumnya cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi dapat pula dikembangkan di dataran menengah mulai ketinggian 600 m dpl; yakni dengan cara memanipulasi lingkungan. Alih teknologi budidaya paprika di dataran menengah antara lain menggunakan sungkup beratapkan plastik bening (transparan).

2.        Tanah
Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula bagi tanaman cabai. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5.5 - 6.8, karena pada pH di bawah 5.5 atau di atas 6.8 hanya akan menghasilkan produksi yang sedikit (rendah). Pada tanah-tanah yang becek seringkali menyebabkan gugur daun dan juga tanaman cabai mudah terserang penyakit layu. Khusus untuk tanah yang pH-nya di bawah 5.5 (asam) dapat diperbaiki keadaan kimianya dengan cara pengapuran, sehingga pH-nya naik mendekati pH normal.
            Beberapa angka pH tanah (reaksi tanah), terdiri atas :
a.         Paling masam (< 4.0)
b.        Sangat asam (4.0 - 4.5)
c.         Asam (4.5 - 5.5)
d.        Agak asam (5.5 - 6.5)
e.         Netral (6.5 - 7.5)
f.         Agak basa (7.5 - 8.5)
g.        Basa (8.5 - 9.0)
h.        Sangat basa (9.0).
Pada pH tanah asam, ketersediaan unsur-unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium dan Molibdinum menurun dengan cepat. Pada pH tanah basa akan menyebabkan unsur-unsur Nitrogen, Besi, Mangan, Borium, Tembaga dan Seng ketersediaannya relatif menjadi sedikit. Cabai yang ditanam pada tanah asam pada umumnya keracunan unsur Alumunium (Al), Besi (Fe) dan Mangan (Mn). Sebaliknya pada pH basa, jumlah unsur bikarbonat cukup banyak untuk merintangi penyerapan ion lain, sehingga dapat menghalangi pertumbuhan tanaman secara optimum.

3.2.4  Ciri-ciri dan Jenis tanaman cabai
Ciri–ciri tanaman cabe adalah sebagai berikut:
a.         Bunga berbentuk terompet kecil,
b.        Buah yang masih muda berwarna hijau atau putih kekuningan,
c.         Buah yang sudah tua berwarna merah atau kuning,
d.        Berbiji banyak.
Ada dua jenis tanaman cabe yang dikonsumsi oleh masyarakat umum, yaitu cabe besar (Capsicum annuum L.) dan cabe kecil (Capsicum annum . L) jenis cabe yang termasuk cabe besar adalah cabe merah, paprika, dan cabe bulat/cabe udel/cabe domba (jenis cabe ini umumnya hanya untuk tanaman hias).Adapun jenis cabe yang termasuk cabe kecil adalah cabe rawit atau jemprit, cabe cengek, dan cabe hias.

3.2.5  Persiapan sebelum bertanam
Sebelum memulai bertanam cabe, kamu harus menyiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan. Peralatan dan bahan yang harus dipersiapkan adalah cangkul, kored (cangkul kecil), benih, dan pupuk kandang.Lahan yang akan digunakan untuk menanam cabe  harus tanah yang subur. Jika tidak menemukan tanah yang subur, kamu dapat mengolah tanah yang kurang subur. Caranya adalah dengan member pupuk kandang pada tanah yang akan ditanami.
Pupuk kandang ini sebaiknya diletakkan dalam lubang kecil yang dibuat lurus. Jarak antar lubang 50-60 cm dan jarak antar baris 60-70 cm. Hal ini bergantung pada jenis cabe yang akan ditanam. Jenis cabe ini memerlukan jarak yang lebar karena cabe jenis ini memiliki banyak cabang.Pemberian pupuk buatan dilakukan satu bulan setelah cabe ditanam. Pupuk tersebut merupakan campuran urea, TSP, dan KCL. Jumlah pupuk yang diberikan bergantung pada tingkat kesuburan tanah. Semakin subur tanah, pupuk yang diperlukan semakin sedikit.
Pupuk buatan tersebut diberikan di sekeliling tanaman sejauh 5 cm dari batangnya. Lalu, setelah tanaman berumur 2 bulan, sebaiknya diberi pupuk urea lagi.
Pemeliharaan tanaman cabe tidaklah sulit. Rajin-rajinlah membersihkan rumput pengganggu, menyiramnya secara teratur, serta memberantas hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabemu.
Hama yang sering menyerang tanaman cabe, antara lain lalat buah, kutu daun, dan tungu merah. Lalat buah merusak dengan menusuk buah cabe hingga berguguran. Jika bertanam cabe dalam jumlah yang besar di lahan yang luas, kamu dapat memberantas hama cabe ini dengan penyemprotan kelthane 0,1-0,2%.Sementara itu, penyakit yang sering menyerang tanaman cabe adalah penyakit busuk buah, gugur daun, daun busuk daun. Penyakit busuk daun dan busuk buah dapat dicegah dngan penyemprotan M-45 atau Antharacol 0,2 %.
Selain itu, sebagain petani cilik,  kamu juga harus tahu bahwa penyakit utama yang sering menggagalkan tanaman cabe besar adalah penyakit yang disebabkan oleh virus daun keriting. Virus ini ditularkan oleh kutu daun. Virus itu menyerang tanaman cabe sehingga daun cabe menjadi keriting atau menggulung, dan mengecil.Sampai sekarang, penyakit ini belum bisa diberantas. Jika ditanam twrserang penyakit ini, lebih baik dicabut dan dibuang agar tidak menular. Nah, setelah tanaman cabemu berumur empat bulan, kamu bisa menikmati hasilnya.

3.2.6  Manfa’at Cabai
Cabai banyak digunakaan oleh masarakat, baik dirumah maupun di pabrik. Dirumah, cabai digunakan sebagai bumbu dapur. Cabai  hijau dapat digunakan untuk sambal goring, tumis, dan sayur. Cabai rawit dan cengek dimanfaatkan untuk bumbu pecel dan asinan. Cabai merah digunakkan  untuk masakan, seperti rending, gulai, dan beraneka macam sambal. Cabai paprika dapat digunakan untuk masakan agar penampilannya lebih menarik.Di pabrik, seperti pabrik obat, cabai jenis tertentu digunakan untuk bahan koyo. Adapun  di pabrik mie instan, cabai digunakan sebagai bumbu mie instan.
 Pemberian cabai pada jenis makanan ini bertujuan untuk memberikan rasa lezat dan pedas.Meskipun cabai memiliki banyak manfaat, orang-orang yang menderita beberapa penyakit harus menghindarinya. Penderita wasir atau ambient, sakit mata, sakit tenggorokan, dan wanita yang sedang menyusui sebaiknya tidak memakan cabai. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

3.3  Budidaya Tanaman Cabai

3.3.1 Persiapan lahan                                                             

Pada tahap persiapan lahan dibersihkan dari sisa tanaman atau perakaran tanaman sebelumnya, untuk kemudian diolah dan dikeringkan sampai beberapa hari (7 - 14 hari). Untuk selanjutnya dibuat bedeng-bedeng sebagai media tanam. Panjang bedeng sekitar 12 m, dengan lebar 110 cm - 120 cm, tinggi 40 cm -50 cm. Antara dua bedeng dibuat parit untuk memasukan dan mengalirkan air.
Gambar 2

Tahap berikutnya adalah pemberian pupuk kandang dan kapur pertanian yang dicampur dengan tanah bedengan secara merata sambil dibalikkan, kemudian dibiarkan diangin-anginkan selama ± 2 minggu. 
                                           
3.3.2  Pemasangan Mulsa (MPHP)


Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) merupakan salah satu teknologi baru agribisnis cabai, sebagai bentuk terobosan baru dalam upaya peningkatan produktivitas cabai. Penggunaan mulsa plastik dapat mengurangi tumbuhnya gulma, warna perak di bagian permukaan dapat memantulkan sinar matahari
Gambar 3

 sehingga dapat mengurangi beberapa jenis hama, menjaga kelembaban tanah dan mengurangi pekerjaan penyiangan dan pemupukan. Sebelum dilakukan pemasangan mulsa, bedengan dipupuk dahulu dengan pupuk buatan secara merata , diaduk dan disiram agar pupuk larut ke lapisan tanah. Setelah itu tanah dibiarkan dulu selama kurang lebih 5 hari agar pupuk tidak meracuni tanaman. Pemasangan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca panas agar dapat menutup rapat bedengan. 

3.3.3  Pembuatan Persemaian

Benih cabai disemaikan dengan menggunakan koker yang terbuat dari daun pisang atau polybag kecil ukuran 8 x 10 cm. Koker diisi dengan media semai merupakan campuran dari 20 liter tanah halus, 10 liter pupuk kandang matang halus ditambah dengan 85 gram NPK halus serta 75 gram Furadan . Untuk selanjutnya dimasukkan benih cabai yang telah
 
Gambar 4

direndam dahulu dalam air hangat selama 20 – 24 jam. Bibit cabe merah dapat dipindahkan ke lapangan pada umur 17 – 23 hari atau setelah tumbuh 4 helai daun. Dengan menggunakan jarak tanam 60 cm x 70 cm diperlukan benih cabai sebanyak ± 180 gram atau 18 kantong benih kemasan 10 gram.

3.3.4  Menanam Benih Cabai
 Menanam benih cabai ke lahan dilakukkan ketika bibit sudah berumur 25 hari setelah semai (hss) atau ketika tanaman telah memiliki daun sebanyak 4-5 helai.
o    Ciri – ciri benih yang siap tanam adalah sebagai berikut (umur 1 bulan) :
a.         tidak terserang hama dan penyakit
b.        pertumbuhan tanaman seragam
Cara menanam cabe yang baik, usahakan jangan terlalu rapat jaraknya agar mengurangi serangan hama penyakit dan memudahkan perawatan tanaman cabe nantinya. Hal ini juga bisa diaplikasikan dengan cara menanam satu baris saja dalam satu gulut. Jarak tanam yang ideal 60 x 60 cm. Hal ini juga dipengaruhi oleh musim, jika musim kemarau menanam cabe dengan jarak agak rapat mungkin tidak akan terlalu bermasalah, tetapi jika pada musim penghujan akan menyebabkan tanaman cabe mudah terserang penyakit jamur jika terlalu rapat.
o    Cara Menanam Cabai yaitu sebagai berikut:
• Siram bibit cabai
• Pilih bibit yang akan ditanam
• Lepaskan polibag atau pelastik dari bibit
• Padatkan tanah disekeliling tanaman bibit yang telah dimasukan kelubang agar tidak rebah.

3.3.5  Pemeliharaan
a.         Pemasangan Ajir/turus
Dalam budidayanya, tanaman cabai mutlak memerlukan ajir atau turus untuk membantu pertumbuhannya supaya tegak, mencegah tanaman roboh karena berat buah dan tiupan angin,

Gambar 5
 mengoptimalkan sinar matahari ke tanaman sehingga fotosintesis berlangsung secara maksimal, membantu penyebaran daun dan tunas seta ranting cabai supaya teratur, mempermudah penyiangan dan penyemprotan serta pemupukan.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, penanaman cabai dengan menggunakan ajir dari bamboo dapat menaikkan produksi buah cabai sampai dengan 48 % serta dapat mengurangi serangan hama dan penyakit. Pemasangan ajir dilakukan segera setelah tanaman cabai ditanam di bedengan.

Ajir yang bisa digunakan adalah dari batang bamboo yang dibelah empat dan dibersihkan atau dihaluskan supaya tidak melukai pekerja atau tanaman cabai. Tinggi ajir umum digunakan untuk hibrida adalah 125 cm, dengan bagian yang dimasukkan ke dalam tanah adalah 25 cm. Ajir ini dipasang tegak di setiap tanaman cabai dengan jarak sekitar 10 cm dari batang tanaman. Untuk memperkuat pemasangannya, semua ajir yang digunakan di dalam bendengan tersebut bisa dihubungkan dengan menggunakan bamboo panjang yang diikat dengan tali.
Setelah ajir terpasang, tanaman cabai harus segera diikatkan di ajir tersebut dengan menggunakan tali raffia. Supaya tidak melukai batang cabai, pengikatan tanaman bisa menggunakan simpul yang berbentuk angka delapan. Pengikatan tanaman dilakukan pertama kali di batang. Setelah mengalami penambahan tinggi, tanaman diikat di percabagan pertama.

b.           Penyulaman
Benih cabai yang kita tanam di lahan tidak semuanya dapat hidup sempurna. Bahkanada yang mati. Hal ini, selain diakibatkan cara penanaman yang tidak benar juga diakibatkan faktor sinar matahari yang terlalu panas, hujan yang terlalu besar atau serangan hama dan penaykit.
Untuk menanggulangi hal tersebut, saat tanaman berumur 7 dan 14 hari setelah penanaman, kita perlu melakukan penyulaman atau mengganti bibit tanaman cabai yang mati dengan bibit tanaman cabai yang baru. Bibit yang akan kita pakai untuk menyulam bisa menggunakan sisa bibit hasil penanaman terdahulu, bisa juga menggunakan bibit yang kita tanam dengan selang 7 dan 14 hari dari awal penyemaian.Jika setelah berumur 3 minggu masih ada tanaman yang mati, kita tidak perlu menyulam atau menggantinya. Penyulaman saat tanaman berumur lebih dari 3 minggu akan menghasilkan tanaman yang tidak seragam, baik umur maupun waktu panennya, sehingga akan menyulitkan perawatannya.

c.         Penyiangan
Tujuan penyiangan adalah persaingan dalam pengambilan unsur hara atara pohon  induk dengan gulma. Salah satu faktor  yang menyebabkan sering tumbuh gulma adalah adanya penggunaan pupuk kandang sebagai campuran media tumbuh, namun demikian kehadiran pupuk kandang tetap sangat diperlukan. Sterilisasi media dengan uap air panas pada suhu 80 - 90°C selama 1 jam dapat membunuh biji-biji gulma. Penyiangan biasanya dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh dan pelaksanaannya dilakukan apabila telah tumbuh.
 Penyiangan juga merupakan salah satu upaya pengendalian hama penyakit, karena adanya gulma dapat menjadi inang berkembangnya hama dan penyakit, untuk itu pengawasan secara rutin dan berkala harus dilakukan pada pertanaman cabai sehingga ketika terdapat gejala hama dan penyakit dapat sedini mungkin ditanggulangi.

d.        Penyiraman
Pada fase pertumbuhan awal, penyiraman tanaman cabai dilkukan setiap hari terutama pada musim kemarau. Jika kondisi lahan porus sebaiknya penyiraman dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore hari. Setelah tanaman memiliki pertumbuhan dan perakaran yang cukup kuat, penyiraman tanaman cabai pada polybag dapat dilakukan setiap 2 – 3 hari sekali.  Pada pertanaman dilahan sawah/ pekarangan penyiraman dapat dilakukan 3 - 4 hari sekali dengan cara menggenangi air/leb pada parit yang ada diantara bedengan. Jika penggenangan lahan tidak memungkinkan maka penyiraman dapat dilakukan dengan teknik kocoran menggunakan selang yang dialirkan atau dikocorkan pada tanah diantara 4 tanaman.
Parapetani juga ada yang menggunakan cara system irigasi tetes. Irigasi tetes adalah memompa air dan mengalirkannya ke tanaman dengan perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan tiap 15 cm (tergantung jarak antartanaman). Penyiraman dengan sistem ini biasanya dilakukan dua kali sehari pagi dan petang selama 10 menit. Sistem tekanan air rendah ini menyampaikan air secara lambat dan akurat pada akar-akar tanaman, tetes demi tetes. Keuntungannya dengan sistem ini sedikit menggunakan air, air tidak terbuang percuma, dan penguapan pun bisa diminimalisir.
Irigasi tetes tampaknya bisa dijadikan pilihan cerdas untuk mengatasi masalah kekeringan atau sedikitnya persediaan air di lahan-lahan kering.Irigasi tetes pertama kali digunakan di kawasan gurun dimana air sangat langka dan berharga. Pada pertanian skala besar, irigasi tetes cocok untuk sistem pertanian berjajar, untuk buah-buahan, juga sistem irigasi di dalam greenhouse. Irigasi tetes juga menjadi sarana penting di negara-negara maju di seluruh dunia dalam mensiasati pasokan air yang terbatas.Drip irrigation dirancang khusus untuk pertanian bunga-bungaan, sayuran, tanaman keras, greenhouse, bedengan, patio dan tumbuhan di dak.
Gambar.7  pengairan cara irigasi tetes
1 .moderen                                                                                            2. tradisional
Sistem irigasi tetes cepat dan mudah dirakit. Komponennya utama adalah pipa paralon dengan dua ukuran yang berbeda. Yang berdiameter lebih besar digunakan sebagai pipa utama, sementara yang lebih kecil digunakan sebagai pipa tetes. Pipa utama berfungsi sebagai pembagi air ke setiap pipa tetes. Pipa tetes diberi lubang-lubang untuk meneteskan air ke setiap tanaman dengan jarak sesuai jarak antar tanaman. Untuk mengalirkan air dari sumbernya diperlukan pompa air, juga dilengkapi kran dan saringan air ke pipa utama, tidak lupa pipa konektor untuk sambungan.
Dibandingkan dengan sprinkler atau penyiram taman sistem semprot perlu jumlah air yang banyak. Diperlukan sebanyak 400 galon air per jam, sementara tanah tidak diberi waktu untuk menyerap air. Hasilnya air lolos di permukaan mengakibatkan erosi. Sementara dengan irigasi tetes air bisa dihemat hingga 50%. Drip irrigation tidak membuang-buang air, tidak menyebabkan erosi dan sedikit air yang menguap. Air memiliki waktu untuk menyerap ke dalam dan secara kapiler ke seluruh area perakaran. Hasilnya irigasi tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibanding sistem sprinkler yang hanya 50% - 65%.
Dengan penambahan pengatur waktu (timer) yang diprogram, sistem irigasi ini secara otomatis akan menyiram tanaman dengan jumlah air yang tepat setiap hari sementara anda bisa berleha-leha di rumah atau bisa tenang bepergian.   

e.         Pemupukan
Selain pemupukan tanaman cabai pada saat pengolahan lahan, perlu dilakukan pemupukan susulan atau  pupuk tambahan, yang dilakukan pada saat fase pertumbuhan vegetatif. Bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Pupuk tambahan berupa pupuk daun yang diberikan dengan cara disemprotkan pada tanaman. Pupuk yang banyak dijual di pasaran antara lain Multimicro dan Comlesal cair.
Pemupukan tambahan dapat dilakukan dengan interval penyemprotan antara 10 – 14 hari sekali, dengan dosis sesuai label produk.Selain pupuk tambahan untuk pertumbuhan vegetatif (tunas dan daun), juga perlu dilakukan pemupukan untuk  pertumbuhan bunga dan buah.  Pupuk untuk pertumbuhan bunga dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 50 hari menggunakan pupuk NPK/Ponska (15 : 15 : 15).  Pemupukan dengan dosis 250 kg/ha atau takaran pupuk kurang lebih 5 sendok makan yang diberikan diantara 4 tanaman. Pemberian pupuk dengan melubangi Mulsa Plastik Hitam Putih (MPHP) di antara 4 tanaman. Pupuk tersebut dimasukkan ke dalam tanah kemudian disiram dengan air bersih agar cepat larut dan tersebar ke perakaran tanaman.


Gambar 6.                 Pupik organik
Pupuk anorganik

Apabila kondisi pertumbuhan tanaman cabai kurang baik atau karena terserang hama penyakit dengan dosis NPK dapat diberikan pupuk sebanyak 4 – 5 kg dilarutkan dalam 200 lt air (1 drum) lalu dikocorkan pada setiap tanaman sebanyak 300 – 500 cc atau tergantung kebutuhan. Pemupukan tanaman cabai pada polybag dapat dilakukan dengan dosis antara 5 - 6 gram/ polybag. sebaiknya diberikan dengan cara dikocor menggunakan air bersih. Kelebihan dosis pupuk dan pemupukan pada terik matahari dapat mengakibatkan tanaman layu.
Varietas cabai hibrida umumnya bisa berbuah cukup lama,sehingga dapat dipanen hingga 12 –14 kali.Agar produktivitas buah cabai tetap baik maka setiap usai panen perlu dilakukan pemupukan NPK atau campuran ZA,Urea,TSP,KCl dengan perbandingan 1:1:1:1. 

f.         Perempelan atau Pengwiwilan
Perempelan (pembuangan) tunas samping yang berada di bawah cabang sekunder perlu dilakukan karena tunas samping tersebut tidak produktif hanya akan mengurangi pertumbuhan cabang tanaman yang produktif.Perempelan tunas samping dilakukan pada saat tanaman berumur 7 – 20 hari, yaitu dengan cara membuang semua tunas samping yang tumbuh biasanya perempelan dilakukan hingga 2 - 3 kali.
Selain perempelan tunas samping juga perempelan terhadap bunga pertama yang berada di sela-sela cabangan pertama. Tujuannya adalah untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas dan percabangan di atasnya untuk menghasilkan buah yang lebih banyak

g.        Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Cabai
Pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai dapat dilakukan dengan memberikan fungisida dan insektisida nabati dengan cara penyemprotan secara teratur. Jika menggunakan fungisida dan insektisida kimia dilakukan berdasarkan serangan hama dan aplikasinya sesuai anjuran serta harus tepat waktu dan sasaran. Fungisida dan pestisida kimia memiliki residu yang dapat membahayakan kesehatan manusia. 
Jenis hama dan penyakit yang menyerang pada budidaya cabai dan cara penanganannya adalah sebagai berikut :
a.         Empoasca sp.Empoasca sp. merupakan serangga penghisap cairan tanaman yang berukuran kecil (sktr 3-4 mm). Umumnya serangga ini berbentuk brachyptera, yaitu serangga yang memiliki sayap pendek dan aktif pada malam hari. Serangga ini menjadi hama penting pada tanaman kapas, selain kapas serangga ini juga menyerang rumput, bunga, sayuran, buah, semak, palem dan gulma.Serangan Empoasca sp. terlihat dari munculnya bercak berwarna putih pada permukaan daun. Serangga ini menghisap cairan tanaman pada mesofil dan jaringan pembuluh (floem dan xylem) daun. Empoasca sp. lebih menyukai daerah yang teduh, sehingga serangan yang berat sering terlihat pada daun bagian bawah.Pengendalian dilakukan dengan menggunakan teknik pengendalian fisik, mekanik, biologi dan kimia. Pemanfaatan musuh alami dilaporkan mampu mengendalikan serangan hama ini.
Gambar.8

b.        Kutu Kebul Bemisia tabaci (Genn)
Kutu kebul merupakan salah satu serangga dari famili Aleyrodidae yang dijumpai menyerang tanaman cabai di daerah tropis dan sub-tropis. Kisaran inang serangga ini cukup luas dan dapat mencapai populasi yang besar dalam waktu yang cepat apabila kondisi kondisi lingkungan menguntungkan. Beberapa tanaman pertanian yang menjadi inang kutu kebul adalah kentang, timun, melon, labu, terong, cabai, lettuce dan brokoli. Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh aktivitas imago dan nimfa yang mengisap cairan daun, gejala yang timbul berupa becak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel-sel dan jaringan daun. Ekskresi kutu kebul menghasilkan embun madu, embun madu yang dihasilkan lebih susah dihilangkan daripada yang dihasilkan oleh aphid, karena ukuran embun madu yang dihasilkan lebih besar. Embun madu merupakan media yang baik bagi tumbuhnya embun jelaga, keberadaan embun jelaga menyebabkan terganggunya proses fotosintesis pada daun. Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Rod-shape DNA Virus. Pengendalian dapat dilakukan dengan menerapkan sistem pergiliran tanaman (rotasi) dengan tanaman bukan inang, seperti tanaman tomat, cabai, kentang dan mentimun. Pemasangan perangkap warna, kelambu dan sanitasi tanaman yang terserang merupakan pengendalian teknis yang mampu menekan populasi hama ini. Secara biologi pengendalian dapat dilakukan dengan menginfestasikan kumbang predator Menochilus sexmaculatus (Coccinelidae) atau parasitoid nimfa Encarcia formosa.

c.         Lalat Buah Bactrocera dorsalis (Hendel)
Keragaman jenis dari lalat buah (Tephhritidae) di seluruh dunia cukup tinggi, kurang lebih terdapat sekitar 4000 jenis lalat buah yang tersebar di seluruh dunia. Beberapa jenis dari serangga ini merupakan hama penting pada pertanian, diantaranya adalah lalat buah dari genus Anastrepha, Ceratitis dan Bactrocera. Genus Bactrocera terdiri dari 350-375 jenis, sedangkan jenis yang umum menjadi hama pada genus ini adalah Bactrocera dorsalis (Hendel). Lalat buah tercatat telah menyerang lebih dari 150 jenis buah dan sayuran, termasuk jeruk, jambu biji, mangga, pepaya, alpukat, pisang, tomat, ceri Suriname, jambu, markisa, kesemek, nanas, persik, pir, aprikot, ara, dan kopi. Alpukat, manga dan pepaya merupakan buah-buahan yang sering diserang oleh hama ini. Lalat buah oriental menyebabkan kebusukan pada buah, gejala pada buah yang terserang ditandai dengan adanya titik hitam pada bagian pangkal buah, gejala ini timbul karena bekas tusukan ovipositor lalat dewasa yang memasukkan telurnya. Pengendalian hama ini cukup sulit untuk dilakukan, karena hama ini menyerang dari dalam buah dan hanya stadia larva yang menjadi hama. Umumnya pengendalian dilakukan dengan melakukan rotasi tanaman, pembungkusan, perangkap feromon (metil eugenol) atau infestasi parasitoid.
d.        Thrips parvispinus (Karny)
Thrips menjadi hama penting pada beberapa tanaman pertanian di Indonesia dan mampu menyebabkan kerugian yang cukup besar. Hama ini berasal dari Asia Tenggara, penyebaran hama ini meliputi Indonesia, Thailand, Malaysia, Papua Nugini dan Australia Utara, Hawaii, kepulauan Mikronesia, dan Yunani. Di Indonesia, serangga ini menyerang beberapa tanaman di provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Hama ini bersifat polifag dengan tanaman inang utama cabai, bawang merah, bawang daun dan jenis bawang lainnya dan tomat.Sedangkan tanaman inang lainnya tembakau, kopi, ubi jalar, waluh, bayam, kentang, kapas, tanaman dari famili Crusiferae, Crotalaria dan kacang-kacangan.Thrips menyebabkan daun bagian bawah berwarna keperak-perakan, kemudian daun mengeriting atau keriput. Hama ini menyerang dengan cara menghisap cairan tanaman pada bagian dausn atau bunga. Gejala awal ditandai dengan adanya bercak-bercak berwarna putih atau keperak-perakan yang tidak beraturan. Setelah beberapa waktu, noda keperakan tersebut akan berubah menjadi cokelat tembaga, kemudian daun akan mengeriting/keriput dan mati. Serangan yang berat dapat menyebabkan pucuk daun menggulung ke dalam dan timbul 9 benjolan seperti tumor. Pertumbuhan tanaman yang terserang akan terhambat, kerdil bahkan mati pucuk. Thrips merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting. Pengendalian yang umum dilakukan oleh petani adalah dengan memasang mulsa perak, melakukan sanitasi, pergiliran tanaman dan aplikasi insektisida.
e.         Ganjur Cabai (Asphondylia sp)

 Hama ganjur cabai merupakan hama baru yang menyerang tanaman cabai. Buah cabai yang terserang akan mengalami malformasi, bentuk buah memuntir dan membengkak.Kerusakan yang ditimbulkan menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas produksi buah.
Gambar.9

 Serangan hama ini sering terlihat pada buah muda daripada buah matang, buah muda yang terserang masih berkembang dan matang meskipun dengan ukuran yang lebih kecil. Hama ganjur cabai meletakkan telur pada saat cabai mulai berbunga, sehingga ketika larva menetas mendapatkan makanan berupa jaringan daging buah muda. Gejala serangan pada buah terlihat pada kisaran 7-10 hari setelah peneluran, lama stadium telur dan larva masing-masing 3 dan 7 hari.Para ilmuan menyarankan pengendalian preventif dengan memanfaatkan musuh alami dan tindkan pengendalian secara fisik, mekanik dan kimia.

f.         Antraknosa (Colletotrichum capsici)
Penyakit ini menyerang bagian buah cabai, baik buah yang masih muda maupun yang sudah masak. Cendawan ini termasuk salah satu patogen yang terbawa oleh benih. Penyebaran penyakit ini terjadi melalui percikan air, baik air hujan maupun alat semprot. Suhu optimum bagi perkembangan cendawan ini berkisar antara 20–24° C. Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair, berwarna hitam, orange dan coklat. Warna hitam merupakan struktur dari cendawan (mikro skelerotia dan aservulus), apabila kondisi lingkungan lembab tubuh buah akan berwarna orange atau merah muda. Luka yang ditimbulkan akan semakin melebar dan membentuk sebuah lingkaran konsentris dengan ukuran diameter sekitar 30 mm atau lebih. Dalam waktu yang tidak lama buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk, ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan. Pencegahan dapat dilakukan dengan membersihkan lahan dan tanaman yang terserang agar tidak menyebar. Seleksi benih atau menggunakan benih cabai yang tahan terhadap penyakit ini perlu dilakukan mengingat penyakit ini termasuk patogen tular benih. Hindari pengguanaan alat semprot, atau lakukan sanitasi terlebih dahulu sebelum menggunakan alat semprot. Secara kimia, pengendalian dapat dilakukan dengan aplikasi fungisida sistemik yang berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida atau mankozeb.
g.        Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum)
Penyakit ini disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum, bakteri ini ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa-sisa tanaman, pengairan, nematoda atau alat-alat pertanian. Selain itu, bakteri ini mampu bertahan selama bertahun-tahun di dalam tanah dalam keadaan tidak aktif. Penyakit ini cepat meluas terutama di tanah dataran rendah. Gejala awal ditandai dengan munculnya kelayuan yang tidak permanen pada tanaman cabai, namun pada stadia lanjut kelayuan terjadi secara menyeluruh dan permanen. Tanaman cabai mengalami kelayuan dan mati pada kurun waktu 3 hari atau lebih. Keberadaan bakteri pada tanaman dapat diketahui dari adanya cairan berwarna coklat susu berlendir, semacam asap yang keluar dari jar€ingan pembuluh apabila batang dimasukkan ke dalam air. Pengendalian dilakukan dengan menyingkirkan tanaman yang terserang dengan segera sehingga tidak menyebar ke tanaman yang lain. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menjaga bedengan tanam selalu dalam kondisi kering di luar. Rotasi tanaman mampu mengurangi resiko serangan penyakit tersebut. Secara kimiawi, pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida berbahan aktif tembaga hidroksida, konsentrasi yang digunakan adalah 5 - 10 g/liter. Aplikasi dilakukan pada lubang tanam sebanyak 200 ml/tanaman dengan interval waktu 10 - 14 hari dan dimulai saat tanaman mulai berbunga.
h.        Bercak Daun (Cercospora capsici)
Bercak daun disebabkan oleh cendawan Cercospora capsici, cendawan ini mampu bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman. Gejala awal penyakit ditandai dengan munculnya bercak berbentuk bulat pada daun tanaman cabai. Serangan yang berat dapat menyebabkan daun berguguran, sehingga pertumbuhan tanaman kurang optimal. Cendawan ini juga menyerang batang, tangkai daun serta tangkai bunga. Pengendalian terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan membuang tanaman yang terserang sekaligus membersihkan lingkungan disekitar tanaman. Secara kimia dapat juga dicegah dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida atau mankozeb.
i.          Virus gemini
Cabai sangat rentan dengan berbagai macam jenis penyakit yang ditimbulkan oleh virus, lebih dari 70 jenis virus dilaporkan mampu menyebabkan penyakit pada tanaman cabai. Beberapa dari virus tersebut merupakan patogen penting secara ekonomi, salah satunya adalah virus gemini. Penyebaran virus ini meliputi daerah Amerika bagian Utara dan Selatan, Asia, Timur Tengah dan daerah Mediterania. Selain cabai virus ini juga mampu menyerang tanaman tomat, gula bit atau tanaman pertanian yang lain. Penyakit ini disebabkan oleh virus gemini dengan diameter partikel isometri berukuran 18–22 nm. Virus gemini mempunyai genome sirkular DNA tunggal.Gejala serangan penyakit ini pada tanaman cabai terlihat dari adanya warna kuning pada daun, penggulungan daun dan pertumbuhan tanaman yang tidak sempurna. Penyakit ini menghambat jaringan floem, sehingga pertumbuhan tanaman tidak sempurna dan kerdil. Keberadaan penyakit ini sangat merugikan karena mampu mempengaruhi produksi buah.
Pengendalian untuk menghindari adanya serangan penyakit, maka petani perlu memperhatikan langkah-langkah upaya pengendalian antara lain:
1.      Pengendalian Secara Kultur Teknis
-    Menggunakan benih yang sehat
-    Melakukan penggiliran tanaman dengan tanaman non-solanaceae
-    Melakukan perbaikan drainase
-    Melakukan sanitasi rumput-rumput/gulma dan buah cabai yang terserang penyakit dikumpulkan kemudian dimusnahkan
-    Melakukan budidaya cabai dengan skala kecil dalam botol-botol plastik dengan media tanam (abusekam+krikil) dan dipupuk dengan pupuk cair,tanaman cabai tersebut digantung pada rak bambu dibawag rumah beratap plastik (antisipasi terhadap antraknose ala tegal)
2.      Pengendalian Hayati
-    Memanfaatkan agens antagonis Trichoderma spp dan Gliocladium spp diaplikasikan pada kantong persemaian sebanyak 5 gram perkantong, tiga hari sebelum penanaman benih atau bersamaan dengan penanaman benih
-    Pemanfaatan mikroba antagonis Pseudomonas fluorescens dan Bacillus subtilis, diaplikasikan mulai fase pembungaan hingga tiga minggu setelah pembungaan dengan selang waktu satu minggu
3.      Pengendalian dengan varietas tahan
Beberapa varietas cabai yang agak tahan terhadap penyakit adalah varietas Tombak-1, Tombak-2,Cemeti-1,Nenggala-1, Tampar-1,dan Tampar-2.Sedangkan yang relatif tahan adalah Varietas kriting Bukittinggi.
4.      Pengendalian secara kimiawi

Apabila cara lain tidak mampu menekan serangan penyakit dan gejala serangan semakin meluas, maka pengendalian dapat menggunakan fungisida yang efektif denagna pelaksanaan aplikasi sesuai dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT).
Gambar 10

Diantara jenis fungisida yang diperbolehkan oleh Mentri Pertanian untuk mengendalikan Antraknose cabai dengan bahan aktif: siprokonazol, azoksistrobin, zineb missal remedy 50 WP, kaptan,dsb.


3.3.6  Panen dan Pasca Panen
 Sebagai buah segar, daya simpan cabai sangat singkat. Oleh sebab itu penanganan mulai dari pemanenan sampai pengangkutan harus dilakukan hati-hati. Kecerobohan dalam pemanenan hanya akan membuat cabai mudah rusak dan menyebabkan penyusutan terhadap bobot cabai.

o    Biasanya persentasi kerusakan adalah sbb :
- Jumlah kerusakan di lapangan kira-kita 4 %
- Jumlah kerusakan di pedagang pengumpul 7 %
- Kerusakan di pasar pengumpul 10%
- Kerusakan di pengecer (pasar) sekitar 2 %
-Kerusakan umumnya terjadi pada saat pengemasan atau selama pengangkutan.
Gambar 11

 Misalnya buahnya patah atau terbelah, tangkainya patah. Kerusakan fisik juga dapat disebabkan oleh lingkungan tempat penyimpanan yang lembab (90%) atau suhu tropis yang tinggi. Kerusakan fisik ditandai dengan membusuknya cabai segar yang disimpan Namun kelembaban lingkungan juga tidak boleh kurang dari 80 %, karena bisa membuat cabai kering sehingga tampak keriput dan tidak segar lagi. Kerusakan ini tentu merugikan. Oleh karena itu agar cabai sampai ke tangan pembeli dalam kualitas yang baik perlu penanganan ekstra saat panen dan pasca panen.


a.         Panen
Panen tanaman cabai besar pada umur 90-100 HST dengan ciri; kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua mengering, batang menguning, pada pagi atau sore hari disaat cuaca cerah. Buah dipuntir hingga tangkai buah terputus. Pemuntiran buah dilakukan satu-persatu dan dipilih buah yang siap petik. Masukkan keranjang dan letakkan di tempat yang teduh.   Interval pemetikan 2-3 hari sekali. Wadah yang baik untuk pengangkutan adalah peti-peti kayu dengan papan bercelah dan jangan dibanting.Waspadai penyakit busuk buah, kumpulkan dan musnahkan.Cabai yang telah dipetik, dibersihkan, disortasi dan di packing lalu diangkut siap untuk konsumsi.
Hal yang perlu diperhatikan saat panen cabai .
1.        Panen setelah sekuruh cabai telah mencapai tingkat kematangan yang sama atau berwarna merah.
2.        Lakukan pemetikan setelah permukaan kulit cabai tak bacah oleh air. Ini untuk mengurangi terjadinay kontaminasi mikroba pembusuk
3.        Pada saat panen, hindari terjadinya luka dan patah pada cabang dan ranting.
4.        Pisahkan seghera buah yang busuk dengan buah yang sehat agar tidak terjadi penularan penyakit dari vcabai yang busuk ke cabai yang sehat.
5.        Upayakan agar hasil panen tidak kena sinar matahari langsung.

b.        Pasca Panen
Pasca panen adalah tahapan yang dimulai sejak pemungutan hasil pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan, hortikultura, perkebunan sampai siap dipasarkan. Pasca panen menurut pasal 31 UU No.12/1992, adalah “suatu kegiatan yang meliputi pembersihan, pengupasan, sortasi, pengawetan, pengemasan,penyimpanan, standarisasi mutu, dan transportasi hasil budidaya pertanian”.
Pada kegiatan pasca panen Cabe yang disimpan dengan suhu sekitar 4o C dengan kelembaban (RH) 95% sampai dengan 98 % dapat tahan sekitar 4 minggu dan pada kondisi penyimpanan dengan temperatur 10 o C cabai masih dalam keadaan baik sampai dengan 16 hari. Penyimpanan cabai segar dengan cara biasa waktunya tidak akan lama, tetapi kalau dikeringkan maka daya simpannya akan lebih lama. Cabai yang akan dikeringkan harus dipilih yang berkualitas baik, hal tersebut ditandai dengan cabai yang berisi dan segar, kemudian tangkai cabai dibuang lalu cabai dicuci bersih. Kemudian dimasukkan dalam air panas beberapa menit, lalu didinginkan dengan cara dicelupkan dalam air dingin. Selanjutnya ditiriskan di atas anyaman bambu atau kawat kasa sehingga airnya keluar semua. Setelah ditiriskan kemudian cabai dijemur pada panas matahari sampai kering, biasanya kurang lebih selama satu minggu.
Pada musim hujan , pengeringan cabai dapat menggunakan pemanas. Di dalam ruangan pemanas tersebut diberi para-para beberapa lapis untuk meletakkan cabai. Lapisan cabai jangan terlalu tebal, cukup satu lapis agar cepat kering. Sebagai sumber panas dapat memakai lampu listrik , kompor, tungku arang atau bahan lainnya.
Sebelum disistribusikan , proses yang dilalui adalah :
1.        Sortasi Memilah, memisahkan antara cabai yang rusak (busuk, patah atau memar ). Tujuannya untuk memperoleh hasil yang berkualitas dan tingkat kematangan yang seraga
2.         Curing Untuk memaksimalkan pembentukan dan kestabilan warna cabai sebelum diolah. Tujuannya untuk membuang panas lapang. Biasanya petani melakukan curing dengan menghamparkan cabai di tempat tedu
3.     Pengemasan :
Pengemasan cabai dilakukan untuk melindungi cabai dari kerusakan selama pengangkutan. Kemasan dibuat dari berbagai bahan dan bentuknya disesuaikan dengan kapasitas cabai yang akan dikemas. Agar jumlah kerusakan selama pengangkutan kecil, cabai dikemas dalam dus karton kapasitas 10 kg. Kemasan ini biasanya untuk ekspor.
Cabai disusun teratur hingga menenuhi volume boks kemasan. Kemasan diberi ventilkasi udara. Pada bagian luar di beri label dan gambar agar menarik Untuk pemasaran antar kota, petani biasanya mengemas cabai dengan jaring dengan kapasitas kira-kira 25-50 kg. Kemasan ini praktis, mudah dibongkar, namun tak dapat melindungi cabai dari kerusakan . Selain kemasan jaring yang dapat diugunakan lainnya adalah :
1.Keranjang bambu ukuran alas 40 cm, tinggi 44 cm diameter tutup 50 cm
3. Kemasan karton ukuran 35 x 40 x 50 cm yang keenam sisinya diberi lubang sirkulasi udara (diameter 1 cm jarak antara titik lubang 10 cm.) Karung plastik Ketiga kantong itu idealnya mampu menampun cabai 20-25 kg.


3.3.7  Identifikasi Masalah di Lapangan

1.          Masalah Teknis
Masalah teknis yang terdapat dilapangan adalah :
a.         Serangan hama dan penyakit
Parapetani dalam melakukan pembudidayaan tanaman tentumya tidak semudah apa yang kita bayangkan. Didalam pembudidayaaan pasti akan ada banyak gangguan,terutama hama dan penyakit. Ganguan ini tidak akan mudah hilang begitu aja karena terus menerus berangsur-angsur gantian sampai tanam di panen. Contoh hama penyakit yang sering kami lihat dan kendalikan /berantas di lapangan pada tanaman cabai (capsicum annum) hama seperti: limus sakeureut, ulat tanah, thrips,  tungau (Mite),  kutu (Myzuspersicae),  lalat buah (Bactrocera dorsalis), ulat grayak (Spodoptera litura) dan lain-lain. Penyakitnya seperti: antracnose, layu bakteri, virus kuning (gemini virus), dan lain-lain.
b.        Cara penanggulangannya
Dalam upaya pemecahan masalah pemberantasan hama penyakit tidaklah mudah di lakukan oleh parapetani ,karena harus terus menerus melakukan percobaan untuk membrantas/mengendalikannya. Para petani di daerah kita , melakukan cara Eadicatin System untuk mengendalikannya, yaitu dengan penanganan secara fisik. Para petani melakukan pencabutan langsung terhadap tanaman yang terserang penyakit, di kumpulkan lalu di bakar, supaya tidak menyebar , untuk supaya efektif, petani melakukan penyemprotan dengan bahan kimia.
Kebanyakan parapetani dalam mengendalikan hama lebih memilih mengunakan bahan kimia untuk menanggulanginya, karena mudah dan cepat (tidak memerlukan waktu yang lama, caranya yaitu dengan menyemprotkan beberapa bahan kimia untuk pembrantas hama yang ada di lapangan.
c.         Penanganan hasil panen yang kurang hati-hati
Dalam penanganan hasil panen kebanyakan parapetani lebih memilih untuk langsung di jual ke pemborong-pemborong, karena memudahkan dalam jual belinya dan tidak harus mengelola/mengurus di tempat.
Dalam mengatasi hal ini tidaklah mudah, karena tergantung kesadaran masing-masing orangnya/petaninya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar