Translate

Kamis, 05 Februari 2015

Mengapa Harus Ekologis



Mengapa Kita Perlu Berubah dari Bertani Cara Biasa ke Praktek Bertani yang Ekologis ?

Perspektif
            Upaya peningkatan pendapatan petani dari usahatani padi sawah sudah lama dilakukan kurang lebih sejak 50 tahun terakhir ini, produksi pangan meningkat secara dramatis dengan perbaikan yang spektakuler. Program yang dikenal dengan Revolusi Hijau, seperti menjadi pahlawan karena mampu mencukupi kebutuhan pangan penduduk yang terus meningkat jumlahnya, akan tetapi pencapaian ini harus dibayar mahal dengan ongkos sosial dan lingkungan pertanian.
            Dampak dari program tersebut pada kurun waktu 15 tahun terakhir ini mulai dirasakan ada penurunan sumberdaya alam seperti menurunnya kesehatan dan kesuburan tanah, hilangnya keragaman hayati ekosistem pertanian dan menurunnya debit air irigasi karena banyak sumber mata air yang hilang, konidisi ini  menyebabkan peningkatan produksi sulit dicapai meskipun input usahata tani seperti pupuk Urea, SP-36, Pestisida, dll.  yang terus meningkat. Fakta menunjukan bahwa akibat tekanan untuk dapat menyediakan bahan pangan yang cukup maka banyak petani untuk meningkatkan produksi padi sudah meninggalkan kearifan lokal, berikut ini beberapa perilaku petani dalam budidaya tanaman padi, sebagai berikut :

            Pertama ; kesulitan petani untuk meningkatkan pendapatan telah menyebabkan perilaku mereka tidak lagi memikirkan kesehatan lingkungan bahkan dirinya pelaku usaha tani. Hal yang paling mudah kita lihat adalah untuk menjaga tanaman pada awal tanam mereka taburkan pupuk Urea bersama pestisida Granular tanpa pakai sarung tangan dan beberapa menit kemudian ketika mereka melihat cacing, belut, ikan-ikan kecil bergelimpangan dilahannya mereka senang karena pestisidanya ampuh dan yakin pestisidanya dapat menjaga tanaman dari serangan hama, selanjutnya jika memungkinkan biayanya tanaman akan disemprot satu minggu sekali. (Keadaan tersebut menunjukan bahwa masih banyak petani belum memahami tentang fungsi unsur agroekosistem dalam budiadaya tanaman, misalnya belut cacing sebagai penyubur tanah dengan menggali bagian tanah bagian bawah ke atas maka akan memberikan ruang untukmasuknya oxigen (O2) kedalam tanah dan dapat dimanfaatkan oleh akar tanaman, peran cacing bisa dioftimalkan jika petani tahu cara mengelolanya)
            Mengapa petani menyemprot tanaman dengan tidak mempertimbangkan kesehatan diri dan lingkungan disebabkan oleh beberapa alasan ;  1) yang ada dilahan sawah umumnya adalah hama, oleh karena itu harus disemprot supaya tidak merusak, 2) banyak petani yang belum memahami fungsi dan peran usnsur agroekosistem, 3) Ada petani yang mendengar dan tahu bahwa ada serangga yang bermanfaat dilahan swah mereka tapi mereka tdiak yakin dapat mengendalikan hama, oleh karena itu tanaman harus disemprot. 4) banyak petani mengatakan pestisida dengan nama obat tanaman, dari nama ini banyak mereka yang tidak paham akibatnya terhadap kesehatan pelaku dan lingkungan, 5) menyemprot tanaman karena anjuran dan pestisida ada dalam paket intesifikasi padi, berikut ini gambaran dan pandangan pandangan petani alumni SLPHT setelah mereka melakukan mengapa mereka menyemprot tanaman dan akibatnya ditunjukan dalam Gambar berikut ini :


Mengapa Kita Perlu Berubah dari Bertani Cara Biasa ke Praktek Bertani yang Ekologis ?

Perspektif
            Upaya peningkatan pendapatan petani dari usahatani padi sawah sudah lama dilakukan kurang lebih sejak 50 tahun terakhir ini, produksi pangan meningkat secara dramatis dengan perbaikan yang spektakuler. Program yang dikenal dengan Revolusi Hijau, seperti menjadi pahlawan karena mampu mencukupi kebutuhan pangan penduduk yang terus meningkat jumlahnya, akan tetapi pencapaian ini harus dibayar mahal dengan ongkos sosial dan lingkungan pertanian.
            Dampak dari program tersebut pada kurun waktu 15 tahun terakhir ini mulai dirasakan ada penurunan sumberdaya alam seperti menurunnya kesehatan dan kesuburan tanah, hilangnya keragaman hayati ekosistem pertanian dan menurunnya debit air irigasi karena banyak sumber mata air yang hilang, konidisi ini  menyebabkan peningkatan produksi sulit dicapai meskipun input usahata tani seperti pupuk Urea, SP-36, Pestisida, dll.  yang terus meningkat. Fakta menunjukan bahwa akibat tekanan untuk dapat menyediakan bahan pangan yang cukup maka banyak petani untuk meningkatkan produksi padi sudah meninggalkan kearifan lokal, berikut ini beberapa perilaku petani dalam budidaya tanaman padi, sebagai berikut :

            Pertama ; kesulitan petani untuk meningkatkan pendapatan telah menyebabkan perilaku mereka tidak lagi memikirkan kesehatan lingkungan bahkan dirinya pelaku usaha tani. Hal yang paling mudah kita lihat adalah untuk menjaga tanaman pada awal tanam mereka taburkan pupuk Urea bersama pestisida Granular tanpa pakai sarung tangan dan beberapa menit kemudian ketika mereka melihat cacing, belut, ikan-ikan kecil bergelimpangan dilahannya mereka senang karena pestisidanya ampuh dan yakin pestisidanya dapat menjaga tanaman dari serangan hama, selanjutnya jika memungkinkan biayanya tanaman akan disemprot satu minggu sekali. (Keadaan tersebut menunjukan bahwa masih banyak petani belum memahami tentang fungsi unsur agroekosistem dalam budiadaya tanaman, misalnya belut cacing sebagai penyubur tanah dengan menggali bagian tanah bagian bawah ke atas maka akan memberikan ruang untukmasuknya oxigen (O2) kedalam tanah dan dapat dimanfaatkan oleh akar tanaman, peran cacing bisa dioftimalkan jika petani tahu cara mengelolanya)
            Mengapa petani menyemprot tanaman dengan tidak mempertimbangkan kesehatan diri dan lingkungan disebabkan oleh beberapa alasan ;  1) yang ada dilahan sawah umumnya adalah hama, oleh karena itu harus disemprot supaya tidak merusak, 2) banyak petani yang belum memahami fungsi dan peran usnsur agroekosistem, 3) Ada petani yang mendengar dan tahu bahwa ada serangga yang bermanfaat dilahan swah mereka tapi mereka tdiak yakin dapat mengendalikan hama, oleh karena itu tanaman harus disemprot. 4) banyak petani mengatakan pestisida dengan nama obat tanaman, dari nama ini banyak mereka yang tidak paham akibatnya terhadap kesehatan pelaku dan lingkungan, 5) menyemprot tanaman karena anjuran dan pestisida ada dalam paket intesifikasi padi, berikut ini gambaran dan pandangan pandangan petani alumni SLPHT setelah mereka melakukan mengapa mereka menyemprot tanaman dan akibatnya ditunjukan dalam Gambar berikut ini :

                 
            Kedua, petani sering mengeluh biaya usaha tani sangat mahal dan terus miningkat julahnya, misalnya Urea dan SP-36, tetapi mereka dengan sengaja membakar jerami sebelu mengolah tanah, dan alasan petani beragam jawabnya : 1) sulit untuk mengolah tanah dan debunya akan jadi pupuk, 2) dibakar orang lain, 3) belum tahu manfaat jerami dan cara mengolah jerami menjadi pupuk. (Manfaat jerami adalah sebagai sumber pupuk dan mempunyai banyak kandungan unsur hara misalnya, N, P, K, Si, dll,  jumlah kandungan unsur2 tersebut bermanfaat untuk tanaman, jika petani  memahami fungsi jerami secara luas,  dengan demikian masih ada peluang untuk mengajak petani memahami kembali fungsi bahan organik dan cara mengelolanya untuk dijadikan pupuk organi). Gambar berikut ini menunjukan perilaku petani yang kurang ramah lingkungan:

           




Ketiga, saat  musim kemarau sering kekurangan air dan tidak jarang terjadi pertengkaran antar petani karena berbuat air, sementara petani yang dekat saluran air membuang libah pertanian ke saluran air, seperti batang pisang dan lain-lain, dan mereka menggenang tanaman mereka antara 5 – 10 Cm genangan, dipetakan sawahnya sering air digelontorkan sehingga bahan organik dan humus tanah akan hanyut. Siatem penggenangan air di lahan sawah mengakibatkan fungsi mikroorganisme dalam tanah tidak berfungsi. Dapat ditunjukan dalam Gambar sebagai berikut :


            Dari ketiga permasalahan tersebut diatas masih ada peluang untuk mengajak kembali petani bertani yang ramah lingkungan dan efisien air, sudah ada petani yang bertani dengan mempraktekan budidaya padi berdasarkan pada pengelolaan unsur agroekosistem, jumlahnya memang belum banyak bila dibandingkan dengan jumlah petani yang ada saat ini, namun demikian mereka sudah bisa dijadikan contoh (succes story). Langkah pertama sebelum mereka memulai budidaya tanaman ekologis mereka lakukan :

1.        Memahami karakter agro-ekosistem dengan seluruh unsur yang terkandung didalamnya, proses ini dilakukan dengan cara belajar bersama dan melakukan analisis aliran energi dan hubungan antar unsur ekosistem
2.        Melakukan kajian tanah sebagai tempat hidup tanaman, gudang nutrisi bagi tanaman dan tempat hisupnya mikroorganisme tanah,dll.  Penelusuran tanah dilakukan untuk memahami  jenis yang merek amiliki (tekstur tanah) karena ini akan menentukan perlakukan dalam budidaya tanaman,  selanjutnya memahami Kemampuan Tanah mengikat Air (KMA), dan Aerasi Tanah, setelah itu petani diajak untuk memahami fungsi dan karakter bahan organik.
3.        Petani ajak memahami lebih dalam lagi tentang tanaman padi cara tumbuh dan faktor dan kondisi yang diperlukan oleh tanaman padi
4.        Memahami pola pengairan, hal ini penting untuk pertumbuhan tanaman dan dalam memfungsikan bahan organik/pupuk organik dan mengellan mikro-organisme tanah.
5.        Mempraktekan pengellaan unsur agro-ekosistem dalam budidaya tanaman padi.

Berikut ini adalah hasil diskusi petani tentang Agro-ekosistem dalam pelatihan Efisiensi Air Irigasi dengan Metode Syastem of Rice Intensification (SRI), di BBWS Citanduy, secara sederhana mereka merumuskan bahwa Agroekosistem adalah hubungan timbak baik antar unsur agroekosistem dan saling ketergantungan yang terjadi di lahan pertanian yang sifatnya dinamis., dari definisi tersebut digambarkan dalam alur sebagai berikut :











                 
            Kedua, petani sering mengeluh biaya usaha tani sangat mahal dan terus miningkat julahnya, misalnya Urea dan SP-36, tetapi mereka dengan sengaja membakar jerami sebelu mengolah tanah, dan alasan petani beragam jawabnya : 1) sulit untuk mengolah tanah dan debunya akan jadi pupuk, 2) dibakar orang lain, 3) belum tahu manfaat jerami dan cara mengolah jerami menjadi pupuk. (Manfaat jerami adalah sebagai sumber pupuk dan mempunyai banyak kandungan unsur hara misalnya, N, P, K, Si, dll,  jumlah kandungan unsur2 tersebut bermanfaat untuk tanaman, jika petani  memahami fungsi jerami secara luas,  dengan demikian masih ada peluang untuk mengajak petani memahami kembali fungsi bahan organik dan cara mengelolanya untuk dijadikan pupuk organi). Gambar berikut ini menunjukan perilaku petani yang kurang ramah lingkungan:

           




Ketiga, saat  musim kemarau sering kekurangan air dan tidak jarang terjadi pertengkaran antar petani karena berbuat air, sementara petani yang dekat saluran air membuang libah pertanian ke saluran air, seperti batang pisang dan lain-lain, dan mereka menggenang tanaman mereka antara 5 – 10 Cm genangan, dipetakan sawahnya sering air digelontorkan sehingga bahan organik dan humus tanah akan hanyut. Siatem penggenangan air di lahan sawah mengakibatkan fungsi mikroorganisme dalam tanah tidak berfungsi. Dapat ditunjukan dalam Gambar sebagai berikut :


            Dari ketiga permasalahan tersebut diatas masih ada peluang untuk mengajak kembali petani bertani yang ramah lingkungan dan efisien air, sudah ada petani yang bertani dengan mempraktekan budidaya padi berdasarkan pada pengelolaan unsur agroekosistem, jumlahnya memang belum banyak bila dibandingkan dengan jumlah petani yang ada saat ini, namun demikian mereka sudah bisa dijadikan contoh (succes story). Langkah pertama sebelum mereka memulai budidaya tanaman ekologis mereka lakukan :

1.        Memahami karakter agro-ekosistem dengan seluruh unsur yang terkandung didalamnya, proses ini dilakukan dengan cara belajar bersama dan melakukan analisis aliran energi dan hubungan antar unsur ekosistem
2.        Melakukan kajian tanah sebagai tempat hidup tanaman, gudang nutrisi bagi tanaman dan tempat hisupnya mikroorganisme tanah,dll.  Penelusuran tanah dilakukan untuk memahami  jenis yang merek amiliki (tekstur tanah) karena ini akan menentukan perlakukan dalam budidaya tanaman,  selanjutnya memahami Kemampuan Tanah mengikat Air (KMA), dan Aerasi Tanah, setelah itu petani diajak untuk memahami fungsi dan karakter bahan organik.
3.        Petani ajak memahami lebih dalam lagi tentang tanaman padi cara tumbuh dan faktor dan kondisi yang diperlukan oleh tanaman padi
4.        Memahami pola pengairan, hal ini penting untuk pertumbuhan tanaman dan dalam memfungsikan bahan organik/pupuk organik dan mengellan mikro-organisme tanah.
5.        Mempraktekan pengellaan unsur agro-ekosistem dalam budidaya tanaman padi.

Berikut ini adalah hasil diskusi petani tentang Agro-ekosistem dalam pelatihan Efisiensi Air Irigasi dengan Metode Syastem of Rice Intensification (SRI), di BBWS Citanduy, secara sederhana mereka merumuskan bahwa Agroekosistem adalah hubungan timbak baik antar unsur agroekosistem dan saling ketergantungan yang terjadi di lahan pertanian yang sifatnya dinamis., dari definisi tersebut digambarkan dalam alur sebagai berikut :









Tidak ada komentar:

Posting Komentar