Mengapa Kita Perlu
Berubah dari Bertani Cara Biasa ke Praktek Bertani yang Ekologis ?
Perspektif
Upaya
peningkatan pendapatan petani dari usahatani padi sawah sudah lama dilakukan
kurang lebih sejak 50 tahun terakhir ini, produksi pangan meningkat secara
dramatis dengan perbaikan yang spektakuler. Program yang dikenal dengan
Revolusi Hijau, seperti menjadi pahlawan karena mampu mencukupi kebutuhan
pangan penduduk yang terus meningkat jumlahnya, akan tetapi pencapaian ini
harus dibayar mahal dengan ongkos sosial dan lingkungan pertanian.
Dampak
dari program tersebut pada kurun waktu 15 tahun terakhir ini mulai dirasakan
ada penurunan sumberdaya alam seperti menurunnya kesehatan dan kesuburan tanah,
hilangnya keragaman hayati ekosistem pertanian dan menurunnya debit air irigasi
karena banyak sumber mata air yang hilang, konidisi ini menyebabkan peningkatan produksi sulit
dicapai meskipun input usahata tani seperti pupuk Urea, SP-36, Pestisida,
dll. yang terus meningkat. Fakta
menunjukan bahwa akibat tekanan untuk dapat menyediakan bahan pangan yang cukup
maka banyak petani untuk meningkatkan produksi padi sudah meninggalkan kearifan
lokal, berikut ini beberapa perilaku petani dalam budidaya tanaman padi, sebagai
berikut :
Pertama ; kesulitan
petani untuk meningkatkan pendapatan telah menyebabkan perilaku mereka tidak
lagi memikirkan kesehatan lingkungan bahkan dirinya pelaku usaha tani. Hal yang
paling mudah kita lihat adalah untuk menjaga tanaman pada awal tanam mereka
taburkan pupuk Urea bersama pestisida Granular tanpa pakai sarung tangan dan
beberapa menit kemudian ketika mereka melihat cacing, belut, ikan-ikan kecil
bergelimpangan dilahannya mereka senang karena pestisidanya ampuh dan yakin
pestisidanya dapat menjaga tanaman dari serangan hama, selanjutnya jika
memungkinkan biayanya tanaman akan disemprot satu minggu sekali. (Keadaan tersebut menunjukan bahwa masih banyak petani belum memahami tentang
fungsi unsur agroekosistem dalam budiadaya tanaman, misalnya belut cacing sebagai
penyubur tanah dengan menggali bagian tanah bagian bawah ke atas maka akan
memberikan ruang untukmasuknya oxigen (O2) kedalam tanah dan dapat dimanfaatkan
oleh akar tanaman, peran cacing bisa dioftimalkan jika petani tahu cara
mengelolanya)
Mengapa
petani menyemprot tanaman dengan tidak mempertimbangkan kesehatan diri dan
lingkungan disebabkan oleh beberapa alasan ;
1) yang ada dilahan sawah umumnya adalah hama, oleh karena itu harus
disemprot supaya tidak merusak, 2) banyak petani yang belum memahami fungsi dan
peran usnsur agroekosistem, 3) Ada petani yang mendengar dan tahu bahwa ada
serangga yang bermanfaat dilahan swah mereka tapi mereka tdiak yakin dapat
mengendalikan hama, oleh karena itu tanaman harus disemprot. 4) banyak petani
mengatakan pestisida dengan nama obat tanaman, dari nama ini banyak mereka yang
tidak paham akibatnya terhadap kesehatan pelaku dan lingkungan, 5) menyemprot
tanaman karena anjuran dan pestisida ada dalam paket intesifikasi padi, berikut
ini gambaran dan pandangan pandangan petani alumni SLPHT setelah mereka
melakukan mengapa mereka menyemprot tanaman dan akibatnya ditunjukan dalam
Gambar berikut ini :
Mengapa Kita Perlu
Berubah dari Bertani Cara Biasa ke Praktek Bertani yang Ekologis ?
Perspektif
Upaya
peningkatan pendapatan petani dari usahatani padi sawah sudah lama dilakukan
kurang lebih sejak 50 tahun terakhir ini, produksi pangan meningkat secara
dramatis dengan perbaikan yang spektakuler. Program yang dikenal dengan
Revolusi Hijau, seperti menjadi pahlawan karena mampu mencukupi kebutuhan
pangan penduduk yang terus meningkat jumlahnya, akan tetapi pencapaian ini
harus dibayar mahal dengan ongkos sosial dan lingkungan pertanian.
Dampak
dari program tersebut pada kurun waktu 15 tahun terakhir ini mulai dirasakan
ada penurunan sumberdaya alam seperti menurunnya kesehatan dan kesuburan tanah,
hilangnya keragaman hayati ekosistem pertanian dan menurunnya debit air irigasi
karena banyak sumber mata air yang hilang, konidisi ini menyebabkan peningkatan produksi sulit
dicapai meskipun input usahata tani seperti pupuk Urea, SP-36, Pestisida,
dll. yang terus meningkat. Fakta
menunjukan bahwa akibat tekanan untuk dapat menyediakan bahan pangan yang cukup
maka banyak petani untuk meningkatkan produksi padi sudah meninggalkan kearifan
lokal, berikut ini beberapa perilaku petani dalam budidaya tanaman padi, sebagai
berikut :
Pertama ; kesulitan
petani untuk meningkatkan pendapatan telah menyebabkan perilaku mereka tidak
lagi memikirkan kesehatan lingkungan bahkan dirinya pelaku usaha tani. Hal yang
paling mudah kita lihat adalah untuk menjaga tanaman pada awal tanam mereka
taburkan pupuk Urea bersama pestisida Granular tanpa pakai sarung tangan dan
beberapa menit kemudian ketika mereka melihat cacing, belut, ikan-ikan kecil
bergelimpangan dilahannya mereka senang karena pestisidanya ampuh dan yakin
pestisidanya dapat menjaga tanaman dari serangan hama, selanjutnya jika
memungkinkan biayanya tanaman akan disemprot satu minggu sekali. (Keadaan tersebut menunjukan bahwa masih banyak petani belum memahami tentang
fungsi unsur agroekosistem dalam budiadaya tanaman, misalnya belut cacing sebagai
penyubur tanah dengan menggali bagian tanah bagian bawah ke atas maka akan
memberikan ruang untukmasuknya oxigen (O2) kedalam tanah dan dapat dimanfaatkan
oleh akar tanaman, peran cacing bisa dioftimalkan jika petani tahu cara
mengelolanya)
Mengapa
petani menyemprot tanaman dengan tidak mempertimbangkan kesehatan diri dan
lingkungan disebabkan oleh beberapa alasan ;
1) yang ada dilahan sawah umumnya adalah hama, oleh karena itu harus
disemprot supaya tidak merusak, 2) banyak petani yang belum memahami fungsi dan
peran usnsur agroekosistem, 3) Ada petani yang mendengar dan tahu bahwa ada
serangga yang bermanfaat dilahan swah mereka tapi mereka tdiak yakin dapat
mengendalikan hama, oleh karena itu tanaman harus disemprot. 4) banyak petani
mengatakan pestisida dengan nama obat tanaman, dari nama ini banyak mereka yang
tidak paham akibatnya terhadap kesehatan pelaku dan lingkungan, 5) menyemprot
tanaman karena anjuran dan pestisida ada dalam paket intesifikasi padi, berikut
ini gambaran dan pandangan pandangan petani alumni SLPHT setelah mereka
melakukan mengapa mereka menyemprot tanaman dan akibatnya ditunjukan dalam
Gambar berikut ini :
Kedua, petani sering mengeluh biaya usaha tani sangat mahal dan
terus miningkat julahnya, misalnya Urea dan SP-36, tetapi mereka dengan sengaja
membakar jerami sebelu mengolah tanah, dan alasan petani beragam jawabnya : 1) sulit untuk mengolah tanah dan debunya
akan jadi pupuk, 2) dibakar orang lain, 3) belum tahu manfaat jerami dan cara
mengolah jerami menjadi pupuk. (Manfaat jerami adalah sebagai sumber pupuk dan
mempunyai banyak kandungan unsur hara misalnya, N, P, K, Si, dll, jumlah kandungan unsur2 tersebut bermanfaat
untuk tanaman, jika petani memahami
fungsi jerami secara luas, dengan
demikian masih ada peluang untuk mengajak petani memahami kembali fungsi bahan
organik dan cara mengelolanya untuk dijadikan pupuk organi). Gambar berikut
ini menunjukan perilaku petani yang kurang ramah lingkungan:
Ketiga, saat musim kemarau sering kekurangan air dan tidak
jarang terjadi pertengkaran antar petani karena berbuat air, sementara petani
yang dekat saluran air membuang libah pertanian ke saluran air, seperti batang
pisang dan lain-lain, dan mereka menggenang tanaman mereka antara 5 – 10 Cm
genangan, dipetakan sawahnya sering air digelontorkan sehingga bahan organik
dan humus tanah akan hanyut. Siatem penggenangan air di lahan sawah
mengakibatkan fungsi mikroorganisme dalam tanah tidak berfungsi. Dapat
ditunjukan dalam Gambar sebagai berikut :
Dari
ketiga permasalahan tersebut diatas masih ada peluang untuk mengajak kembali
petani bertani yang ramah lingkungan dan efisien air, sudah ada petani yang
bertani dengan mempraktekan budidaya padi berdasarkan pada pengelolaan unsur
agroekosistem, jumlahnya memang belum banyak bila dibandingkan dengan jumlah
petani yang ada saat ini, namun demikian mereka sudah bisa dijadikan contoh
(succes story). Langkah pertama sebelum mereka memulai budidaya tanaman
ekologis mereka lakukan :
1.
Memahami karakter agro-ekosistem dengan
seluruh unsur yang terkandung didalamnya, proses ini dilakukan dengan cara
belajar bersama dan melakukan analisis aliran energi dan hubungan antar unsur
ekosistem
2.
Melakukan kajian tanah sebagai tempat
hidup tanaman, gudang nutrisi bagi tanaman dan tempat hisupnya mikroorganisme
tanah,dll. Penelusuran tanah dilakukan
untuk memahami jenis yang merek amiliki
(tekstur tanah) karena ini akan menentukan perlakukan dalam budidaya
tanaman, selanjutnya memahami Kemampuan
Tanah mengikat Air (KMA), dan Aerasi Tanah, setelah itu petani diajak untuk
memahami fungsi dan karakter bahan organik.
3.
Petani ajak memahami lebih dalam lagi
tentang tanaman padi cara tumbuh dan faktor dan kondisi yang diperlukan oleh
tanaman padi
4.
Memahami pola pengairan, hal ini
penting untuk pertumbuhan tanaman dan dalam memfungsikan bahan organik/pupuk
organik dan mengellan mikro-organisme tanah.
5.
Mempraktekan pengellaan unsur
agro-ekosistem dalam budidaya tanaman padi.
Berikut ini adalah
hasil diskusi petani tentang Agro-ekosistem dalam pelatihan Efisiensi Air
Irigasi dengan Metode Syastem of Rice Intensification (SRI), di BBWS Citanduy,
secara sederhana mereka merumuskan bahwa Agroekosistem adalah hubungan timbak
baik antar unsur agroekosistem dan saling ketergantungan yang terjadi di lahan
pertanian yang sifatnya dinamis., dari definisi tersebut digambarkan dalam alur
sebagai berikut :
Kedua, petani sering mengeluh biaya usaha tani sangat mahal dan
terus miningkat julahnya, misalnya Urea dan SP-36, tetapi mereka dengan sengaja
membakar jerami sebelu mengolah tanah, dan alasan petani beragam jawabnya : 1) sulit untuk mengolah tanah dan debunya
akan jadi pupuk, 2) dibakar orang lain, 3) belum tahu manfaat jerami dan cara
mengolah jerami menjadi pupuk. (Manfaat jerami adalah sebagai sumber pupuk dan
mempunyai banyak kandungan unsur hara misalnya, N, P, K, Si, dll, jumlah kandungan unsur2 tersebut bermanfaat
untuk tanaman, jika petani memahami
fungsi jerami secara luas, dengan
demikian masih ada peluang untuk mengajak petani memahami kembali fungsi bahan
organik dan cara mengelolanya untuk dijadikan pupuk organi). Gambar berikut
ini menunjukan perilaku petani yang kurang ramah lingkungan:
Ketiga, saat musim kemarau sering kekurangan air dan tidak
jarang terjadi pertengkaran antar petani karena berbuat air, sementara petani
yang dekat saluran air membuang libah pertanian ke saluran air, seperti batang
pisang dan lain-lain, dan mereka menggenang tanaman mereka antara 5 – 10 Cm
genangan, dipetakan sawahnya sering air digelontorkan sehingga bahan organik
dan humus tanah akan hanyut. Siatem penggenangan air di lahan sawah
mengakibatkan fungsi mikroorganisme dalam tanah tidak berfungsi. Dapat
ditunjukan dalam Gambar sebagai berikut :
Dari
ketiga permasalahan tersebut diatas masih ada peluang untuk mengajak kembali
petani bertani yang ramah lingkungan dan efisien air, sudah ada petani yang
bertani dengan mempraktekan budidaya padi berdasarkan pada pengelolaan unsur
agroekosistem, jumlahnya memang belum banyak bila dibandingkan dengan jumlah
petani yang ada saat ini, namun demikian mereka sudah bisa dijadikan contoh
(succes story). Langkah pertama sebelum mereka memulai budidaya tanaman
ekologis mereka lakukan :
1.
Memahami karakter agro-ekosistem dengan
seluruh unsur yang terkandung didalamnya, proses ini dilakukan dengan cara
belajar bersama dan melakukan analisis aliran energi dan hubungan antar unsur
ekosistem
2.
Melakukan kajian tanah sebagai tempat
hidup tanaman, gudang nutrisi bagi tanaman dan tempat hisupnya mikroorganisme
tanah,dll. Penelusuran tanah dilakukan
untuk memahami jenis yang merek amiliki
(tekstur tanah) karena ini akan menentukan perlakukan dalam budidaya
tanaman, selanjutnya memahami Kemampuan
Tanah mengikat Air (KMA), dan Aerasi Tanah, setelah itu petani diajak untuk
memahami fungsi dan karakter bahan organik.
3.
Petani ajak memahami lebih dalam lagi
tentang tanaman padi cara tumbuh dan faktor dan kondisi yang diperlukan oleh
tanaman padi
4.
Memahami pola pengairan, hal ini
penting untuk pertumbuhan tanaman dan dalam memfungsikan bahan organik/pupuk
organik dan mengellan mikro-organisme tanah.
5.
Mempraktekan pengellaan unsur
agro-ekosistem dalam budidaya tanaman padi.
Berikut ini adalah
hasil diskusi petani tentang Agro-ekosistem dalam pelatihan Efisiensi Air
Irigasi dengan Metode Syastem of Rice Intensification (SRI), di BBWS Citanduy,
secara sederhana mereka merumuskan bahwa Agroekosistem adalah hubungan timbak
baik antar unsur agroekosistem dan saling ketergantungan yang terjadi di lahan
pertanian yang sifatnya dinamis., dari definisi tersebut digambarkan dalam alur
sebagai berikut :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar